Pendakian Gunung Ciremai 3078 mdpl via Palutungan

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap 17 Agustus kami selalu berada di Puncak Gunung. Dan ditahun ini kami memutuskan untuk mendaki Gunung Ciremai. Sebelum mendaki kami mencari informasi sebanyak mungkin dari mbah Google terkait pendakian Gunung Ciremai.

Sebelum kami menceritakan tentang pengalaman mendaki Gunung Ciremai,mari kita cari tahu dulu tentang Gunung Ciremai. Gunung Ciremai adalah Gunung berapi kerucut yang secara administratif berada pada dua kabupaten, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Gunung ini merupakan atap Jawa Barat alias gunung tertinggi di Jawa Barat.

Puncak Gunung Ciremai dapat kita capai melalui banyak jalur pendakian. Diantaranya :
1. Jalur Linggarjati Kab Kuningan
2. Jalur Palutungan Kab Kuningan
3. Jalur Apuy Kab Majalengka
4. Jalur Linggasana Kec Cilimus Kab Kuningan
Ini adalah 4 jalur populer yang sering dilewati oleh pendaki, dan jalur ini aman untuk pendaki-pendaki pemula, namun jika kita mau melakukan perbandingan Jalur Linggarjati adalah jalur paling favorit para pendaki, selanjutnya Jalur Palutungan adalah jalur paling pendek jaraknya. Jalur Apuy pemandangannya luar biasa. Untuk lebih jelasnya bisa tanya-tanya kepada kelompok pecinta alam "AKAR" (Anak Kuningan Alam Rimba) yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ceremai.


Dari informasi di atas kami yang berjumlah 3 orang memutuskan untuk mendaki melalui jalur Palutungan. Kami start dari Jakarta, tepatnya di Jakarta Timur kami menaiki Bus Lur Agung dari pintu tol Cakung sekitar pukul 18:00 wib. Tarif Bus Lur Agung adalah 70.000. Jalanan sedikit macet dan kami pun sampai di Taman Cirendang sekitar pukul 22:30 wib. Dari Taman Cirendang kami menaiki ojek menuju basecamp karena angkutan sayur ataupun angkutan umum sudah tidak ada lagi. Biaya ojek 20.000 namun jarak yang kita tempuh lumayan jauh, ya bagi kami ini murah meriah, karena kalo jalan kaki capek juga,hahaha.

Basecamp Palutungan

Sampailah kami di Basecamp Palutungan, langsung saja kami menuju basecamp yang bangunannya tidak terlalu luas, cukuplah untuk menampung 50 orang. Kami memutuskan untuk bermalam di basecamp dan melakukan pendakian di pagi hari. Kami melakukan pendaftaran (simaksi) dengan tarif 50.000 per orang kemudian makan malam dan kami pun tidur. Selama kami tidur, angin berhembus sepoi-sepoi disertai hujan yang membuat cuaca sangat dingin. Terpaksa kami menebalkan selimut agar tidur lebih nyenyak untuk persiapan pendakian pagi nanti. Jarum jam seakan berjalan lebih lambat, karena sudah lama sekali kami tidur jarum jam masih menunjukkan pukul 03:00 pagi.

Pukul 04:00 pagi ada 2 orang pendaki yang baru sampai, saya pun mengobrol dengan mereka dan ternyata mereka berasal dari bekasi. Kebetulan sekali kita bisa mendaki bareng, dan mereka pun memutuskan untuk bergabung dengan kami sehingga kami berjumlah 5 orang. Tak lama berselang berkumandang Adzan Subuh, kami pun menunaikan sholat subuh dan dilanjutkan dengan sarapan pagi. Setelah sarapan pagi kami bergegas melakukan packing barang untuk segera melakukan pendakian. Ketika semua sudah siap, pukul 5:30 kami melakukan perjalanan dari basecamp menuju ke Pos 1.

Basecamp - Pos 1 (Cigowong)

Secara estimasi untuk mencapai Pos 1 kita harus menempuh perjalanan selama 2,5 jam. Kami pun berjalan secara perlahan melewati rumah-rumah warga, kemudian kami melewati lahan perkebunan, ada juga kandang sapi disekitar perkebunan. Selanjutnya kita masuk ke hutan pinus yang mana hutannya sangat rimbun sekali, kicauan burung yang indah sangat memanjakan telinga. Di jalur pendakian kita akan menjumpai warung yang menjual makanan untuk kebutuhan pendaki. Kita juga bisa menaiki motor cross jika kita ingin menghemat waktu, tentunya dengan biaya yang lumayan. Kami masih menjumpai beberapa ekor monyet yang bergelantungan di pohon-pohon, monyet ini tidk mengganggu pendaki, bahkan mereka pun tidak berani mendekati para pendaki. Perlu di ingat bahwa dari basecamp  menuju Pos 1 trek pendakiannya sangat licin karena di dominasi tanah liat merah. Kami pun menikmati pendakian yang lumayan menyiksa ini, sepatu berat karena tertempel tanah liat. Selain itu hujan sesekali turun, memaksa kami harus memakai jas hujan, dan kami sempat terpleset karena permukaan yang licin. Hingga akhirnya kami sampai di Pos 1 pukul 08:15 wib, kami lebih lama 15 menit dari estimasi. Kami pun memutuskan istirahat di sebuah warung, karena hujan semakin lebat.



Pos 1 - Pos 2 (Kuta)

Setelah 20 menit beristirahat, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Pos 2. Kami menempuh waktu 30 menit untuk sampai di Pos 2, dengan trek yang semakin menanjak dan semakin licin, apalagi hujan tak kunjung reda. Sampai di Pos 2 kami hanya beristirahat untuk mengambil foto, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 3.

Pos 2 - Pos 3 (Paguyangan Badak)

Dari Pos 2 kita berjalan memutari bukit menuju ke Pos 3, cukup landai sih treknya, tapi pepohonan disekitar trek sangat rimbun, membuat suasana menjadi mencekam karena gelup akibat mendung. Kami terus melanjutkan pendakian dan beberapa menit sekali kami istirahat untuk mengatur nafas. Hujan sedang masih mengguyur trek pendakian, membuat trek semakin licin, bahkan sesekali kami terpeleset secara bergantian. Alhasil 50 menit berjalan dari Pos 2 sampai juga kita di Pos 3, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pos 4 karena sebelum Pos 3 kami sudah istirahat.

Pos 3 - Pos 4 (Arban)

Dari Pos 3 menuju ke Pos 4 trek di dominasi oleh tanjakan, di trek ini tenaga kami terkuras lumayan banyak dan memakan waktu yang banyak juga karena sering berhenti. Dengan semangat baja dan kekompakan kami, akhirnya kami sampai di Pos 4 dengan waktu tempuh 1 jam perjalanan. Kami memutuskan untuk istirahat, berhubung hujannya mulai reda, kami istirahatnya agak lama, hehe ngopi doeloe lah. Kami mengeluarkan kompor dan menyeduh kopi. Sembari mengendorkan otot-otot yang kaku, kami saling bercanda memecah kesunyian hutan. Perlu diingat saat anda istirahat di trek pendakian, usahakan kaki lurus jangan di tekuk, dan kalo bisa kaki di angkat alias di kasih tatakan biar lebih tinggi tumit daripada paha. Terapi ini jika dilakukan sangat membantu mengurangi rasa sakit pada kaki setelah pendakian, juga melancarkan alioran darah disekitar kaki, alhasil pendakian akan sukses karena fisik on fire. Sambil ngupi kita ditemani silverquen nih guys, yah gatau nyambung apa ga, yang jelas coklat adalah makanan penambah energi, jadi ya hajar ajha sih selagi ada, hahahaahahahaha.

Pos 4 - Pos 5 (Tanjakan Asoy)

Setelah lama beristirahat, kami berkemas untuk melanjutkan perjalanan. Kami akan menuju ke Pos 5, dari namanya ajha uda jelas kita akan melewati tanjakan. Dan ternyata tanjakannya emang asoy, kami sangat menikmati saat melalui tanjakan ini karena cukup ekstrim bagi kami dan sangat  menguras tenaga. Namun dengan waktu 30 menit kami sampai di Pos 5.

Pos 5 - Pos 6 (Pasanggrahan)

Istirahat sejenak, dan kami melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 6. Trek pendakian masih sama di dominasi oleh tanjakan-tanjakan ekstrim, dengan vegetasi hutan yang masih rimbun. Terlihat pohon-pohon besar masih ada di sekitar trek pendakian, menandakan bahwa puncak masih jauh, hehe. Kami pun terus berjalan dengan semangat membara, mengingat perjuangan Pahlawan bangsa yang memerdekakan Indonesia tercinta ini. Terpeleset, terjatuh, kram, kesakitan, terkilir, kesemutan, tergores kayu, dan lain-lainnya adalah resiko yang akan dialami oleh pendaki dan pendaki harus bangkit, tunjukan pada dunia kalo pendaki itu kuat, ga cengeng, tapi tetep lembut sesama manusia, ramah, sopan santun, cinta alam, cerdas dan peduli sesama.

1 jam berjalan, kami pun sampai di Pos 6. Kami beristirahat dan melihat lagi estimasi waktu untuk menuju puncak. Estimasi waktu menuju puncak dari Pos 6 adalah 2 jam, kami pun berunding terkait dimana istirahat mendirikan tenda. Dari pertimbangan yang kita sepakati akhirnya kami bermalam di Pos 6 ini, alasanya karena jarak menuju puncak sudah dekat, tenda yang berdiri lumayan banyak sehingga banyak teman untuk bermalam, lebih safety jika bermalam disini karena di Pos selanjutnya ada ancaman hewan babi menyerang.

Bermalam di Pos 6

Kami fix bermalam disini dan mendirikan tenda bersama. Saat kami mendirikan tenda terlihat segerombolan babi hutan melintas, kalo ga salah sih 5 ekor, yang 2 ekor gede banget, kaya kambing bandot, wawww seram banget ini gunung. Tapi setelah kami mencari informasi, babi ini tidak mengganggu, asalkan saat mengolah makanan kita ga jorok, jangan sampai ada bahan makanan tercecer atau sampah berserakan, karena akan mengundang mereka untuk datang dan mengobrak abrik tempat sekitar. Karena takut di acak-acak sampah makanan pun kami gantung pakai tali rafia, biar ga ada bau sisa makanan yang mengundang babi hutan.



Tenda berdiri dan kami mulai bergantian ganti pakaian, selanjutnya kami masak untuk makan sore. Setelah semua kenyang, kami bersantai di dalam tenda dengan posisi pintu tenda terbuka, menikmati suasana yang sangat sejuk ini dengan penuh rasa syukur. Angin berhembus menerobos masuk ke dalam tenda menyejukkan hati setiap insan yang di dalamnya. Sesekali kicauan burung memanjakan telinga, di barengi suara mp3 dari tenda-tnda sebelah.

Hari pun semakin gelup tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 17:40 wib. Persiapan sholat maghrib, kami mencari batu besar untuk tayamum. Kamudian kami sholat bergantian di samping tenda dengan beralaskan karpet plastik. Ada momen yang menegangkan, saat saya sholat maghrib. Saat rakaat kedua saya di samperin sama babi hutan, yang gede lagi. Babi hutan melintas di depan karpet dan spontan mengagetkan saya, terpaksa harus membatalkan sholat dan berlari menuju dalam tenda. Kaget bukan main, jantung berdetak mau copot, saya berteriak, woyyyy ada babi............. Teman saya kaget dan berlari mengambil kayu untuk mengusir babi tersebut. Ternyata babinya juga kaget dan lari terbirit-birit.  Alhmadulillah babi hutannya kabur, dan saya bisa sholat dengan tenang meskipun teman saya menjaga saya dari belakang.

Hari semakin larut dan suhu udara semakin dingin, kami mencoba menghangatkan badan dengan rebusan wedan'k jahe. Nimatnya tiada tara, suasana sunyi sepi jauh dari hingar bingar seperti di kota metropolitan, dengan udara dingin ditemani segelas wedank jahe,,,, uhhhh nikmatnya.....  Tapi masih ada yang kurang sih, kurang ditemani pasangan. Ciyeeeeee galau nih... wwkwkwkwkwkwkwkw

Pukul 22:30 wib, kami memutuskan untuk tidur, istirahat mencharge energi, mengingat besok masih ada perjuangan menuju puncak dan turun lagi sampai basecame. Tapi tidur kami dihantui rasa khawatir akan kedatangan babi hutan, karena tepat disebelah tenda kami, adalah perlintasan babi hutan tersebut, sering terdengar bunyi khas dari babi hutan ( kalian taulah suaranya gimana ) saat melintas di sebelah tenda. Namun karena lelah, kamipun tertidur pulas, dan bangun lagi pukul 03:30 pagi. Saat saya terbangun terdengar ada babi hutan disebelah tenda, saya pun mencoba menggoyangkan tenda agar babi hutannya kabur. Kemudian saya membuka jendela dan menyalakan senter untuk mengintip keluar. Waw babi hutan kabur setelah saya sorot matanya dengan senter dan saya pun kaget juga. Gila ya, ekstrem banget nih gunung. Untung pas tidur ga di acak-acak tenda kami.

Summit Attack

Lupakan masalah babi hutan, selanjutnya kita ngopi-ngopi sebelum memulai pendakian menuju puncak. Ketika semua sudah on fire, kami memulai perjalanan tepat di pukul 04:00 pagi. Berjalan perlahan menikmati denginnya udara pagi yang sesekali kabut menghalangi pandangan kami. Turunnya kabut membuat udara semakin menggigil, kami dengan menggunakan senter hp terus berjalan menyusuri trek pendakian yang semakin menanjak dan mulai menjumpai trek bebatuan bekas aliran lava. Kami menjumpai pertigaan yaitu pertigaan Simpang Apuy, yaitu pertemuan antara Jalur Apuy dan Jalur Palutungan. Setelah 45 menit berjalan kami sampai di Pos 7 (Sangyang Ropoh). Kami beristirahat sebentar untuk minum dan mengatur nafas, kemudian kami melanjutkan perjalanan.

Pos 7 - Pos 8 (Goa Walet) - Puncak

Perjalanan menuju Pos 8 semakin menanjak dan melelahkan. Trek sudah didominasi oleh bebatuan dan tenaga semakin di porsir disini. Setelah 40 menit berjalan kami sampai di Pos 8 dan memutuskan untuk menunaikan Sholat Subuh. Setelah sholat kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dari Pos 8 sudah terlihat pohon-pohon bunga edelweis. Dan beberapa pohon telah berbunga dengan bunga yang indah. Langkah demi langkah menapaki bebatuan yang semakin menanjak dan akhirnya 30 menit berjalan dari Pos 8 kami sampai di Puncak Ciremai.



Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Atas Ridho-Nya kami semua dapat diberikan kekuatan sehingga bisa sampai puncak dengan selamat. Kami sangat menikmati proses sunrise (matahari terbit), tapi sayang kita berada disebelah barat gunung sehingga sunrise nya tergolong terlambat. Matahari sudah agak tinggi baru terlihat,hehe. Saran saja untuk anda yang ingin menyaksikan sunrise yang indah dan melihat Puncak Slamet anda bisa naik gunung ini melalui jalur linggarjati. Karena Jalur linggarjati di sebelah timur dan sangat pas banget untuk menikmati sunrise. Kalau jalur Palutungan cocoknya untuk menikmati keindahan sunset.


Untungnya cuaca pagi ini sangat cerah, langit tampak biru, padahal kemarin dari pagi sampai sore hujan terus, kita lepek terus selama pendakian. Inilah kuasa Tuhan, tidak ada yang tahu sedetik, semenit, sejam, sehari ,setahun kemudian. Saat di puncak gunung seperti ini kita akan banyak mengucapkan syukur, karena keindahan alam yang luar biasa. Kita adalah makhluk kecil yang tidak ada apa-apanya, tidak ada yang bisa kita sombongkan.


Kembali ke pendakian, kita bergantian menghabiskan memori berfoto, membuat video, dan lain sebagainya. Momen indah ini kita abadikan sebagai kenangan dimasa yang akan datang. Capek berfoto kami bersantai dengan menyeduh kopi hitam, sambil bercanda kami menikmati hangatnya kopi ditemani makanan ringan seadanya. Matahari semakin naik, namun cahayanya tertutup oleh kabut yang perlahan berlomba-lomba memenuhi langit. Kami pun memutuskan untuk turun ke tenda agar kami bisa segera berkemas untuk turun ke basecamp dan kembali lagi ke Jakarta.


Siapa bilang Jakarta gak punya spot mancing yang Gratis...??? Ini salah satu buktinya

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya ketika mancing di Danau Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Saya mancing di temani oleh teman-teman saya yang tidak saya sebutkan satu-satu. Saya kerja di sebuah dealer dan setiap hari sabtu saya pulang pukul 12:00 Wib. Sorenya saya manfaatkan waktu luang untuk mencari tambahan uang jajan atau menyalurkan hobby, salah satunya hobby mancing ini.

Danau Sunter, Jakarta Utara

Setelah bel pulang saya dan teman-teman biasanya makan siang. Setelah itu sholat dan langsung prepare mancing. Setelah semua siap, kami langsung meluncur ke danau yang jaraknya hanya 1 kilometer dari tempat kerja. Kami biasanya mancing di pojok timur tepatnya di tempat aduan burung. Kenapa kami mancing disini, karena tempatnya sepi dan angin disini sejuk banget, apalagi kami berada di bawah pohon yang rimbun, aduh ini kebahagiaan yang gak dirasakan banyak orang guys.

Kami adalah pemancing amatir yang sedang belajar mempelajari teknik mancing yang benar. Kami mencoba mempelajari bagaimana ikan memakan umpan, dan teknik-teknik apa yang pas untuk ikan tertentu. Untuk ikan yang bisa kami pancing di Danau Sunter ada banyak macamnya. Diantaranya ikan mujaer, ikan lele, ikan bawal, ikan mas, ikan nilla, ikan patin, ikan gabus, belut, udang, dan masih banyak lagi ikan lainnya. Karena ini danau liar jadi banyak banget macam ikan disini.

Awal kami mancing di danau sunter, kami masih awam dan belum paham betul karakter ikan disini. Kami mencoba teknik mancing dasar (Mancing Dlosor). Timah kami setting dibawah, kemudian kami buat rangkaian rawean di atasnya dengan 2 kail atau lebih, kemudian kenur atau senar kami kencangkan. Dengan teknik ini kami berhasil mengangkat ikan lele, dan ikan gabus, selain ikan lele dan gabus, kami juga pernah mendapatkan ikan patin ukuran sedang sekitar 1,5 kilogram. Ya mungkin ikan patin ini sedang laper ga sengaja nyamber umpan,haha.

Selanjutnya kami mencoba teknik pelampung, yaitu kami memakai pelampung dan timah ringan. Teknik ini kami mencoba 2 alternatif, yaitu teknik pelampung umpan di tengah kedalaman air dan teknik pelampung umpan di dasar (nyari lubang/palung). Dengan teknik pelampung ngambang kami berhasil mengangkat ikan nilla, ikan mujaer kecil, ikan mas juga pernah sesekali. Untuk teknik pelampung tapi umpan didasar alias mancing lubang ini hasilnya rata-rata ikan besar. Dan kami mendapatkan ikan mas, bawal, nilla,dan mujaer jumbo (black bass). Namun untuk teknik ancing lubang, harus dibutuhkan skill mancing yang pro, karena kita mencari titik terdalam dari danau yang luas ini, atau bisa juga kita membuat lubang sendiri dengan masuk ke danau, untuk menjebak ikan agar masuk ke lubang tersebut. Biasanya kalau lubang buatan dikasih patok sama yang buat lubang, untuk tanda tiap kali mancing.

Ada juga teknik Ngoncer, teknik ini dilakukan dengan menggunakan umpan hidup, dengan timah kecil atau tanpa timah, kemudian umpan hidup tersebut di lempar ke tengah, didiamkan sampai ikan target menyambar. Namun untuk teknik ini kurang efektif jika anda praktekkan di danau sunter, karena ikan disini bukan ikan predator yang selalu mencari mangsa.

Ikan Lele Jumbo
Selain memancing di tengah danau, kami juga mancing di pinggir danau dengan menggunakan joran tegek. Dengan tegek ada juga beberapa teknik yang kami praktekkan, teknik pelampung, teknik seret, dan teknik pancing garong. Dan hasilnya pun lumayan, kami selalu membawa pulang ikan setiap kali mancing di danau sunter ini. Padahal banyak pemancing yang bilang kalau Danau Sunter sepi ikannya, karena beberapa kali mereka mancing, mereka ga bawa pulang ikan, bahkan umpan mereka ga disentuh ikan. Yang jelas jika anda mancing, jangan terlalu berambisi mencari ikan, santai saja, niatkan mencari hiburan, mengisi waktu luang, sambil ngopi-ngopi dengerin musik kan enak. Hehe
Untuk umpan kami biasa menggunakan cacing, kemudian pelet, sesekali mencoba pakai roti tawar, pernah juga pakai umpan jangkrik, umpan lumut, udang hidup, ikan hidup, cireng, dan umpan lainnya. Dari sekian banyak umpan cacing yang paling manjur buat mancing di Danau Sunter. Dengan umpan cacing ikan lele sangat cepat sekali makan umpan. Kemudian umpan pelet lebih ke ikan besar dan umpan pancing garong. Umpan cireng untuk ikan bawal, umpan lumut untuk ikan mujaer, ikan nilla, dan ikan permukaan lainnya.

Untuk ikan mujaer, diusahakan mancing siang bolong sekitar pukul 12:00 – 15:30, ini waktu paling tepat. Karena karakter ikan ini akan lapar di jam tersebut, disini lumut adalah juaranya umpan mancing mujaer. Kemudian untuk ikan lele, dari jam 16:30 s/d 22:00 . Ini adalah waktu paling jos untuk mancing lele di Danau Sunter, tapi untuk lele jam berapa aja juga makan, p paling joss jam tersebut. Ikan mas biasanya sore hari dengan teknik mancing lubang. Selanjutnya untuk ikan besar lainnya tidak bisa di prediksi kapan paling jos nya, karena itu adalah ikan jack pot. Jadi untung –untungan bisa dapat ikan besar. Intinya jangan bosen jika anda mancing tapi belum dapat ikan, pelajari terus bagaimana karakter ikan, pergerakan air, dan teknik-teknik yang sesuai untuk mancing di Danau Sunter. Jangan malu untuk bertanya dengan pemancing disekitar, agar wawasan anda lebih luas lagi tentang ilmu mancing.

Demikian cerita singkat saya tentang pengalaman mancing di Danau Sunter. Jangan lupa buanglah sampah pada tempatnya agar kebersihan lingkungan tetap terjaga. Jadilah pemancing yang peduli lingkungan agar keindahan danau bisa dinikmati oleh anak cucu kita. Silahkan share artikel amburadul ini agar bermanfaat untuk banyak orang. Salam Joran Melengkung.

Muara Blacan,Surganya Mancing Ikan Kakap Putih (Barramundi)

Pukul 15:30 Wib, kami beranggotakan 4 orang dengan mengendarai 2 motor berangkat menuju Muara Blacan. Berhubung kami belum pernah kesana dan belum paham situasi dan kondisi jalan kesana kami mengandalkan google map dan di bantu dengan bertanya kepada orang. Kami berangkat dari Jakarta dengan alat seadanya, maklumlah kami pemancing pemula yang doyan wisata, jadinya sambil liburan iseng-iseng bawa alat pancing.

Bagan Muara Blacan

Dari Jakarta kami melewati Jalan Raya Cilincing, kemudian menuju ke arah Marunda, selanjutnya melewati Jalan Marunda Makmur, melewati Tarumajaya, selanjutnya lewat PLTU Babelan Bekasi, melewati jembatan CBL, terus menuju ke Jalan Pasar Muara, jalan terus hingga menemukan plang bertuliskan Muara Gembong disebelah kanan jalan, kita ikuti jalan tersebut dan sampailah kita di Muara Blacan. Jalan terakhir sebelum sampai Muara Blacan, jalannya tidak di aspal, jalan bebatuan dan tanah merah, jalan ini melewati tanah milik Pertamina. Jika kita lewat pas musin panas, jalanan akan panas dan berdebu, namun jika musim hujan, jalanan becek dan licin. Kondisi jalan ditengah sawah dan tengah empang. Ini tidak direkomendasikan jika jalan malam hari, karena sangat sepi dan tidak ada rumah. Jika jalan malam hari bisa melewati jalan lain yang lebih jauh jaraknya, tapi aspal semua. Nyari aman ajha lah, jangan ambil resiko.

Akhirnya setelah jalan 90 km dengan waktu 3 jam kami sampai di Muara Blacan. Kami sempat bingung karena di Muara Blacan sangat sepi dan rumah jarang sekali. Namun kami mencoba untuk bertanya- tanya kepada orang di sekitar dan kami memperoleh penjelasan bahwasanya di Muara Blacan kita mancing di bagan atau saung.

Kita akan di antar oleh nelayan ke saung/bagan kemudian akan di jemput ketika kita sudah selesai memancing. Untuk Tarif yaitu ongkos antar 15.000 dan sewa bagan 10.000. Mancingnya pun tidak di batasi jam, semaunya kita mau berapa jam, mau sampai kapan, yang penting kalau udah puas kita hubungi nelayan via sms atau phone dan kita akan di jemput. 

Kami fix mancing disini, kami pun membeli udang putih hidup untuk umpan mancingnya. Kenapa kita menggunakan umpan udang hidup, karena ikan target adalah ikan kakap putih, yang mana Ikan Kakap Putih adalah ikan yang memangsa umpan hidup diantaranya udang, ikan kecil, dan umpan hidup lainnya. Berhubung hanya ada udang hidup ya mau ga mau kami hanya memakai umpan udang hidup.

Setelah udang siap, kami memastikan perbekalan, menambah air minum dan membeli roti untuk mengganjal perut. Ketika semua siap, kami diantar nelayan menuju bagan. Kami sampai di bagan setelah menaiki prahu selama 20 menit. Kami bergegas turun dan merapikan barang-barang di bagan. Kami menghidupkan senter karena bagan sangat gelup, kami pun mengeluarkan joran dan mensetting joran masing-masing. Umpan kami pasang dan kami lemparkan ke titik-titik ikan atau rumpon ikan. Saya mencoba teknik mancing dasar dengan timah besar di bawah untuk joran pertama.

Sambil menunggu ikan menyambar, saya mengeluarkan senjata ke dua, saya mencoba teknik ngoncer yaitu melemparkan umpan hidup ke atas spot atau rumpon yang dituju, teknik ini tanpa timah agar udang melayang di permukaan dan menarik perhatian ikan, kadang dikasih pelampung agar umpan tidak jatuh sampai dasar.

Tak menunggu lama, teknik ngoncer berhasil, umpan langsung disambar ikan kakap putih. Ikan berukuran kecil dengan berat 1 kg berhasil saya amankan. Tarikannya lumayan guys, perlawananya luar biasa, untuk mengangkat ikan 1 kg saja waktu yang dibutuhkan lumayan lama sekitar 10 menit, itupun fight terus, kalo kita ngikutin ikan sampai lemes ya agak lama lagi. 2 jam berselang teman saya berhasil mengamankan Ikan Sembilang dengan bobot 1/2 kg. Ikan Sembilang cukup mudah kita dapatkan dengan teknik mancing dasar. Teman saya yangsatunya pun berhasil mengamankan Ikan Sembilang juga, ukurannya lebih besar, bobot sekitar 1 kg.

Tak terasa jarum jam menunjukkan pukul 12:00 malam atau pukul 00:00. Kami memutuskan untuk tidur dan meneruskan memancing di pagi hari. Kami pun tidur dengan pulas di atas bagan di bawah pohon bakau. Dan tak terasa matahari mulai terbit,jarum jam menunjukkan pukul 5:00 pagi. Kami bergegas menunaikan sholat subuh, dan kembali memainkan joran.

Sambil menunggu ikan menyambar, saya menghidupkan kompor merebus air untuk menyeduh kopi. Kami minum kopi bersama menyambut terbitnya matahari. Setelah kopi ready kami memasak pop mie untuk sekedar mengganjal perut agar mancing terus berlanjut. Setelah semua kenyang, kami melanjutkan mancing.

Ikan Sembilang

Menurut informasi jika di pagi hari, kita bisa memancing Ikan Cendro Junior. Dan kami pun mencoba memancing ikan tersebut dengan umpan tepung tapioka di campur telor. Sempet kesulitan juga sih, karena ikan ini giginya sangat tajam, dan senar sering putus. Kami pun mengakali dengan memasang neklin di ujung senar agar aman dari gesekan gigi ikan.

Waktu terus berjalan, sambaran demi sambaran kami rasakan dan kami nikmati. Sungguh Muara Blacan adalah tempat mancing strategis dengan lokasi yang tidak jauh dari kota besar seperti Jakarta. Sangat di sayangkan jika anda tidak mencoba berkunjung kesini dan mencoba sambaran ikan predator hutan bakau.

Pukul 14:00 kami memutuskan untuk berhenti memancing dan pulang, mengingat kami harus balik lagi ke Jakarta. Kami pun berkemas dan menghubungi nelayan supaya menjemput kami. Setelah semua tertata rapi, nelayan datang dengan prahu kosongnya. Kami naik ke prahu tersebut dan kami kembali ke dermaga kecil tempat kita memarkirkan motor. Setelah sampai di dermaga kami membayar ongkos prahu dan sewa bagan. Kami pun berkemas untuk perjalanan pulang kembali ke Jakarta.

Akhirnya kami pulang dengan perasaan senang, walaupun hasil kami tak banyak, tapi ini adalah kunjungan pertama kami yang di kategorikan mancing sukses. Kami berhasil membawa Ikan Kakap Putih, Ikan Sembilang, dan Ikan Cendro. Sukur Alhamdulillah akhirnya mancing kali berjalan lancar tanpa halangan apapun. Sampai jumpa di mancing selanjutnya. Silahkan bagikan artikel ini agar banyak orang tau tentang spot mancing Muara Blacan.

Lihat Videonya : Mancing di PAB 3 Muara Blacan

Baca juga : 

- Mancing Pulau Rambut
- Mancing DAM Pelabuhan Tanjung Priok

5 Tempat Wisata Populer di Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta (Jawa: Dhaérah Istiméwa Ngayogyakarta) adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan Negara Kesultanan Yogyakarta dan Negara Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kotamadya, dan empat kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan, dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki populasi 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki, dan 1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2.

Penyebutan nomenklatur Daerah Istimewa Yogyakarta yang terlalu panjang menimbulkan penyingkatan nomenklatur menjadi DI Yogyakarta atau DIY. Daerah Istimewa Yogyakarta sering dihubungkan dengan Kota Yogyakarta sehingga secara kurang tepat sering disebut dengan Jogja, Yogya, Yogyakarta, Jogjakarta. Walau secara geografis merupakan daerah setingkat provinsi terkecil kedua setelah DKI Jakarta, Daerah Istimewa ini terkenal di tingkat nasional, dan internasional, terutama sebagai tempat tujuan wisata andalan setelah Provinsi Bali.

Berikut 15 Tempat Wisata Populer di Kota Yogyakarta :

1. Wisata Kuliner dan Pedagang Sepanjang Jalan Malioboro

Malioboro adalah sebuah nama jalan yang terkenal dan bersejarah di Yogyakarta. Jalan yang membentang sepanjang 2,5 km dari Kantor Pos Yogyakarta sampai ke Tugu Yogyakarta ini tak pernah sepi wisatawan setiap harinya. Jalan Malioboro disebut sebagai salah satu titik garis imajiner yang menghubungkan antara Pantai Parangtritis, Keraton Yogyakarta dan Gunung Merapi.

Jalan Malioboro

Pedagang kali lima menjajakan barang-barang kerajinan khas kota Yogyakarta. Souvenir khas Yogyakarta untuk oleh-oleh seperti kaos, kerajinan tangan, sandal, blangkon dan batik dapat ditemukan disini.

Yang unik dari wisata belanja di sepanjang jalan Malioboro adalah tawar menawar barang dagangan. Harga barang yang ditawar dapat turun semurah-murahnya, jika pembeli pintar menawar dan agak memaksa untuk menawar rendah. Ada banyak pilihan untuk pindah ke pedagang lain di sepanjang jalam Malioboro.

Ketika malam hari penjual makanan menggantikan pedagang penjual kerajinan yang menggelar tenda di sepanjang Malioboro. Wisata kuliner di malam hari ini dapat menjadi daya tarik tersendiri di Malioboro. Sebagian besar makanan yang disajikan merupakan makan khas Jogja seperti gudeg, nasi liwet dan nasi kucing. Minuman khas Jogja seperti Es Dawet dan Ronde Angsle dapat menghilangkan dahag saat berjalan-jalan di sepanjang Malioboro.

Wisatawan dari luar kota dan luar negeri yang ingin berkeliling Kota Jogja dapat menaiki andong atau becak yang mangkal di Jalan Malioboro. Andong dan becak tersebut akan menawarkan paket berkeliling tempat wisata sekitar Malioboro dengan harga yang terjangkau.

2. Wisata Pantai Baron Gunung Kidul Yogyakarta

Pantai Baron memiliki karakteristik pasir coklat kehitaman mirip dengan Pantai Parangtritis, selain itu ombak di Pantai Baron juga terbilang cukup besar walaupun bentuknya menyerupai teluk. Pantai Baron bisa dibilang salah satu pantai unik di Jogja karena di tempat wisata ini kita bisa menemukan dua jenis air, yaitu air asin dan air tawar yang berasal dari aliran sungai di pinggir pantai.

Pantai Baron

Tak sekedar aliran sungai biasa, aliran sungai ini terletak di sebelah barat Pantai Baron dimana langsung mengalir kearah laut. Uniknya, setiap 5 tahun sekali aliran sungai di Pantai Baron akan berubah arah, yaitu mengalir ke timur terlebih dahulu (membelah pasir pantai) sebelum bermuara di laut.

Sama halnya dengan beberapa pantai di laut jawa, setiap hari 1 Syura di Pantai Baron selalu diadakan upacara sedekah laut sebagai rasa terima kasih dari masyarakat setempat atas panen ikan yang melimpah. Selain menjadi tempat wisata favorit di Jogja, Pantai Baron juga menjadi Pusat Pelelangan Ikan (TPI) di Gunung Kidul, jadi jangan heran ketika kamu memasuki kawasan pantai akan terdapat banyak sekali perahu nelayan yang terparkir.

Tak hanya itu saja, Pantai Baron juga menjadi salah satu tempat untuk berburu kuliner di Jogja, di tempat wisata Gunung Kidul ini terdapat banyak sekali warung yang berjejer menawarkan berbagai macam menu. Makanan di kawasan Pantai Baron lebih didominasi oleh seafood, sangat cocok bagi kamu pecinta masakan laut seperti lobster, kepiting, ikan dan udang. Karena ombak di Pantai Baron terbilang cukup besar, jadi bagi kamu yang ingin berenang diharapkan untuk tetap hati-hati ya, agar lebih aman kamu bisa berenang di sungai air tawar pinggir pantai.

Berbeda dengan Pantai Parangtritis, di Pantai Baron tidak memiliki mitos tentang pakaian berwarna hijau, jadi kamu tidak perlu takut apabila datang kesini saat memakai pakaian hijau. Pemandangan di Pantai Baron terbilang cukup indah, terutama jika kamu naik di tebing sebelah timur pantai, dari atas tebing tersebut kita bisa melihat seluruh kawasan Pantai Baron, kerennya lagi diatas tebing ini juga terdapat mercusuar lho.

Dari atas mercusuar kita bisa melihat Pantai Baron yang terlihat kecil dengan perbukitan disekelilingnya, jika kita melihat ke timur, kita bisa melihat deretan pantai lainnya, terutama Pantai Kukup yang hanya dipisahkan oleh tebing saja.

3. Wisata Goa Jomblang Yogyakarta

Pesona Goa Jomblang menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara. Setiap hari puluhan wisman antre mencoba eksotisme goa vertikal di Gunungkidul, Yogyakarta. Wisman dari berbagai negara Eropa, Amerika, Asia seperti Tiongkok, Singapura dan Malaysia tampak berderet siap memasuki goa yang terletak di kawasan pegunungan karst di Gunungkidul ini. Di mulut goa ini, mereka melengkapi diri dengan helm dan tali. Berurutan mereka dipandu kru Goa Jomblang menuruni pintu goa.

Goa Jomblang


Mereka memasuki goa dengan metode Single Rope Technique (SRT). SRT merupakan teknik yang baku digunakan untuk menuruni gua vertikal dengan memakai satu tali sebagai lintasan yang dipakai untuk jalan menaiki dan menuruni tempat yang vertikal. 

Para pengunjung turun per dua orang. Hari itu, Budi dan Rahmat yang bertugas menurunkan para pengunjung. Rahmat dengan riang bercakap Mandarin satu dua patah kata yang dia pelajari untuk tamu yang bisa berbahasa Mandarin. 

Saat turun ini, fotografer Goa Jomblang mengabadikan ekspresi para pengunjung. Hasil cetakan bisa dibeli saat usai aktivitas. Foto-foto dijejer di pendopo tempat regristasi tamu. Di tempat ini pula makan siang disediakan.

Begitu sampai di bawah mereka akan menemui keindahan Goa Jomblang. Saat berada di dasar goa, dapat dilihat beberapa tumbuhan yang tumbuh subur merimbun. Pada dinding kapurnya ditumbuhi tanaman perdu. Setelah sampai dasar, penjelajah dapat beristirahat pada sebuah bilik bentukan alam. Selanjutnya penjelajah dapat meneruskan perjalanan menyusuri lorong yang menghubungkan goa Jomblang dengan gua vertikal lainnya yang bernama gua Grubug. 

Lorong penghubung dua goa tersebut cukup lebar dengan panjang sekitar 500 meter. Lorong tersebut dapat dengan mudah dilalui karena terdapat jalan setapak yang terbentuk dari bebatuan yang disusun memanjang. Kendati begitu, perlu kehati-hatian karena jalur tersebut cukup licin. 

Pesona perut bumi pegunungan karst ini makin terlihat setelah sampai pada ujung lorong yang merupakan dasar goa Grubug. Penjelajah bisa melihat keindahan yang luar biasa. Terdapat dua stalagmit yang cukup besar berwarna hijau kecoklatan berdiri tegak di tengah dasar gua Grubug. Apabila penjelajah dapat mencapai dasar gua Grubug tepat pukul 13.00 WIB akan dapat melihat pemandangan yang eksotik dari sinar matahari yang menerobos masuk ke dalam kegelapan ke dasar gua Grubug.

Sinar matahari menyentuh sejumlah stalaktit dan stalagmit yang terbentuk dari tetesan air selama ribuan tahun. Sinar matahari yang masuk membentuk citraan yang tegas bagaikan tangga bidadari yang menjulang keluar gua.

Jack, salah satu wisatawan asal Singapura mengaku terkesan dengan cara memasuki gua vertikal. "Naik dan turunnya goa sangat menantang. Amazing," kata Jack yang datang bersama enam kawannya.

Gua berdiameter 50 meter ini, dijelajahi pertama kali pada tahun 1984 oleh Acintyacunyata Speleological Club (ASC). Merupakan kelompok penjelajah goa dari Yogyakarta. Terdapat aliran sungai yang berasal dari Kalisuci. Aliran ini terletak pada sisi sebelah utara dari stalagmit besar tersebut.

Goa Jomblang masuk wilayah desa Jetis Wetan, Semanu, Gunungkidul. Atau sekitar 10 km dari kota Wonosari, 40 km dari Kota Yogya. Jalan aspal mulus hingga menjelang 1 km ke lokasi parkir. Selebihnya jalan bebatuan, yang membuat penumpang bergoyang-goyang di atas kendaraan. Seperti jalur off-road. Begitu komentar beberapa wisatawan mancanegara. Tapi semua ini tak menyurutkan minat mereka untuk datang ke Jomblang. 

"Bagus! Temukan terus sensasi wisata alam, dipadu dengan kekuatan budaya, itu akan semakin sustainable," jelas Menpar Arief Yahya. 

Menpar Arief yang mantan Dirut PT Telkom itu memang ahli membuat portofolio bisnis. Termasuk di pariwisata, yang dia pecah dalam 3 kategori, yakni culture (budaya), nature (alam), dan manmade (buatan manusia). "Kalau bisa menggabungkan tiga unsur kekuatan itu, maka destinasi itu pasti luar biasa," ungkapnya.***

4. Wisata Taman Pintar Yogyakarta

Taman Pintar Yogyakarta merupakan salah satu wahana bermain sekaligus belajar untuk anak-anak yang disediakan oleh pemerintah kota Yogyakarta untuk menyediakan sarana pembelajaran sains bagi siswa yang mendukung kurikulum pendidikan serta memotivasi anak dan generasi muda untuk mencintai sains. Wahana bermain yang berada di sebelah timur jalan Malioboro ini menyediakan berbagai wahana permainan yang  tidak hanya mendidik, namun akan membuat buah hati Anda merasa senang. Taman pintar ini bisa dinikmati oleh anak-anak yang belum sekolah hingga anak-anak usia sekolah menengah untuk memperluas dan mempendalam pelajaran sains di sekolah melalui pengamatan langsung karena bisa dibilang secara sederhana, Taman Pintar Jogja adalah laboratorium dalam kemasan rekreasi.

Wisata Taman Pintar

Bangunan taman pintar dulunya merupakan bekas pusat perbelanjaan (shopping center) dan mulai dilakukan Relokasi area pada tahun 2004 dengan beberapa tahap pembangunan. Setelah semua tahap selesai, peresmian (Grand Opening) digelar pada 16 Desember 2008 oleh presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono. Target utama pembangunan Taman Pintar menurut pemerintah adalah mendukung program pembelajaran regular di sekolah sejak dini dengan mengasah kreativitas anak didik sedini mungkin dengan harapan akan semakin banyak inovator teknologi yang muncul dari Indonesia. karena lokasinya yang sangat stategis yaitu letaknya di Taman Budaya, Benteng Vredeburg dan Gedung Agung menjadikan bangunan taman pintar ini berfungsi sebagaimana mestinya dan berkaitan dengan bangunan bangunan yang ada disekitarnya. Selain itu juga terdapat ruko-ruko buku dibelakang bangunan taman pintar ini yang pastinya menyediakan berbagai macam buku dari kategori fiksi atau non fiksi.

Taman Pintar Yogyakarta dibagi menjadi 3 gedung utama dengan wahana beragam jenis wahananya masing-masing:

A. Wahana di Gedung Kotak

Di dalam Gedung Kotak ini terdapat 10 zona yaitu: zona replika candi Borobudur, zona koleksi keris, zona koleksi tokoh wayang, zona batik, zona air untuk kehidupan, zona pengolahan minyak gas dan bumi, zona planning city, zona teknologi otomotif, zona peraga turbulensi dan zona pengolahan susu.

B. Wahana di Gedung Oval

Terdapat 12 wahana yang bisa dinikmati di Gedung Oval, yaitu: zona cuaca iklim & gempa, zona argo, zona kehidupan purba, generator pedal, TV trainer, zona teknologi komunikasi, Generator Van De Graaf, zona nuklir, ICT melihat bumi, pojok kreasi sains, Terowongan ilusi, Aquarium Air Tawar.

C. Wahana di Gedung Memorabilia

Seperti namanya, Gedung Memorabilia berisi tiga wahana yang kesemuanya bertujuan untuk mengenang sejarah, yaitu: Sejarah Kasultanan Kraton, Tokoh Pendidikan dan Kepustakaan Kepresidenan.

5. Wisata Hutan Pinus Mangunan Yogyakarta

Anda sedang bingung mencari spot foto terbaik? Jangan khawatir, ada Hutan Pinus Mangunan yang terkenal memiliki spot foto terbaik yang ada di Yogyakarta. Foto-foto di instagram belum hits rasanya jika belum foto menggunakan latar hutan pinus yang sangat bagus. Nah, penasaran dengan hutan pinus? Simak ulasan mengenai Lokasi Dan Rute Jalan Menuju Hutan Pinus Mangunan.

Hutan Pinus Mangunan

Tertarik untuk berwisata ke tempat ini? Tidak rumit kok mencari alamat hutan ini. Tidak perlu Anda khawatir akan kesasar karena Alamat Hutan Pinus Mangunan sangat mudah untuk ditempuh.

ebenarnya hutan yang ada di kawasan Resort Pengelolaan Hutan ini berada di Mangunan. Tetapi banyak orang yang menyebut hutan pinus ini dengan istilah Hutan Pinus Imogiri. Hal ini disebabkan karena lokasinya yang ditempuh ke arah hutan ini searah dengan situs makam Raja-Raja Imogiri. Padahal menurut catatan administratif hutan pinus bukan termasuk dalam kawasan Imogiri.

Ya, lokasi Hutan Pinus Mangunan Yogyakarta terletak di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Selain di Mangunan, Bantul ternyata juga memiliki objek wisata baru Hutan Pinus lain di sisi sebelah utara.

Untuk rute ke Hutan Pinus Mangunan Jogja jika Anda dari pusat kota Jogja Anda ambil saja arah ke Jl. Imogiri Timur. Lalu lurus saja sampai menemukan pertigaan Imogiri dan belok kiri ke arah Makam Raja-raja Imogiri. Setelah itu ada pertigaan belok kanan ke arah Mangunan, dari pertigaan beloklah ke kiri arah hutan pinus.

Letak Hutan Pinus Mangunan Dlingo Bantul dari pusat kota Yogyakarta sendiri hanya berjarak kurang leih 24 km. Dan jika Anda melakukan perjalanan hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Sepanjang perjalanan memasuki ke arah perbukitan, Anda akan disuguhi oleh pemandangan alam yang sangat indah.

Bagaimana? Mudah sekali bukan Alamat Hutan Pinus Mangunan Imogiri? Nah, setelah sampai di lokasi ini Anda akan terpukau dengan hamparan gumuk pasir yang hampir mirip seperti yang ada di Mesir sana.

Peta Hutan Pinus Mangunan bisa Anda temukan di aplikasi google maps jika Anda masih kebingungan untuk mencari lokasinya. Atau jika Anda tidak ingin bernavigasi melalui google maps, Anda bisa bertanya-tanya ke penduduk setempat. Penduduk Bantul sangat ramah-ramah, Anda tidak perlu ragu bertanya jika masih kebingungan mencari alamat hutan pinus.

Untuk masuk ke Hutan Pinus Mangunan Anda hanya cukup merogoh kocek sebesar Rp.3000 saja untuk biaya parkir motor dan Rp.5000 untuk parkir mobil. Tidak ada tiket yang dipatok oleh wisata ini. Anda bisa berfoto-foto sepuasnya dengan gratis. Wisata Hutan Pinus Mangunan buka dari jam 07.00 hingga 00.00 WIB.

Sebelum Hutan Pinus Mangunan ini menjadi salah satu destinasi wisata, dahulunya hutan di kawasan Mangunan ini adalah sebuah tanah tandus. Kawasan hutan yang tandus ini dikarenakan adanya eksploitasi kayu-kayu yang cukup besar beberapa puluh tahun yang lalu. Hingga tanah tandus inilah yang kemudian direboisasi.

Bukan hanya tanaman pinus, tapi adapula jenis pohon lain seperti mahoni, akasia, kemiri dan kayu putih. Tanaman-tanaman tersebut ditanam di lahan yang luasnya sekitar 500 Ha. Namun sekarang, kawasan Mangunan, terutama bagian yang ditanami pohon pinus tak hanya berfungsi sebagai hutan lindung saja.

Kawasan ini juga juga dikelola sebagai salah satu tempat wisata yang sekarang banyak dikenal oleh banyak orang, yakni Hutan Pinus Mangunan, ada banyak fasilitas yang disediakan di tempat ini. Ada gardu pandang, panggung pertunjukan yang menyatu dengan alam, kamar mandi umum. Lalu adapula mushola dan warung-warung kecil yang menyediakan makanan dan minuman.

Jika Anda adalah seorang pecinta fotografi, berkunjung ke tempat ini sangat disarankan untuk Anda. Sebab Hutan Pinus Mangunan adalah salah satu tempat hunting foto terbaik yang ada di Yogyakarta. Apalagi jika Anda datang bersama pasangan, tempat ini coco digunakan untuk foto prewedding.

Wajar saja jika banyak orang berburu foto di tempat ini sebab suasana hutan pinus hampir dimiripkan dengan yang ada di film-film Hollywood. Jika Anda pengemar film Twilight, pasti Anda tidak asing dengan lokasi yang sering dishoot ini. Jadi Anda tidak perlu jauh-jauh pergi ke Amerika jika ingin beroto ala-ala Hollywood.

Oh ya, bukan hanya suasana hutan yang asri dan pemandangan yang menarik untuk dijadikan spot foto. Di sekitar kawasan ini terdapat sumber mata air Bengkung. Mata air ini disebut sebut sebagai tempat pertapaan Sultan Agung Hanyakrakusuma. Banyak pula pengunjung yang berdatangan ke Mata Air Bengkung ini.

Mata air Bengkung sendiri dibangun pada pemerintah Belanda yakni sekitar tahun 1925 hingga 1930 ini. Untuk menuju ke sumber air ini ada beberapa jalan yang bisa Anda tempuh. Yakni bisa dengan trekking dari tempat parkir menembus hutan yang rapat, lalu mengikuti jalur outbond Watu Abang. Atau bisa juga melalui jalan melingkar yang lebih nyaman ditempuh dengan sepeda motor.

Nah, selain Hutan Pinus Mangunan masih banyak sekali obyek wisata Bantul yang tersebar di berbagai daerah sekitar kabupaten ini. Seperti Pantai Baru, Gua Cemara, Air Terjun Watu Lumbung Gunung Kidul, dan Wisata Puncak Becici Jogja.

Apalagi Puncak Becici letaknya tidak begitu jauh dari hutan pinus mangunan. Sebelum Anda meninggalkan Hutan Pinus Mangunan ada plang yang mengarah ke Puncak Becici. seperti apakah keindahan Puncak Becici yang berada tidak jauh dari Hutan Pinus Mangunan ini? Puncak Becici akan menjadi destinasi selanjutnya yang akan kita datangi.

Ayo liburan guys, jangan dirumah ajha, Indonesia itu indah loh....

Memanjakan Diri dengan Berlibur ke Pantai Jatimalang,



Jika Anda berkunjung ke Kabupaten Purworejo, tak lengkap rasanya jika tidak menikmati berbagai wisata yang ada. Purworejo memiliki banyak sekali tempat wisata, baik wisata alam pegunungan, wisata air terjun, wisata perbukitan, wisata arung jeram, wisata goa, wisata hutan pinus, wisata pantai, dsb. Jika anda tak punya banyak waktu untuk berlibur, anda bisa mengunjungi beberapa tempat wisata saja, mungkin salah satunya adalah Pantai Jatimalang. Kenapa harus pantai, karena pantai adalah wisata yang cocok untuk semua umur, disamping itu tempatnya sangat luas, sehingga tidak terlihat padat walau banyak pengunjung.

Keindahan Pantai Jatimalang
Sebelum kita jauh melangkah, alangkah baiknya kita telusuri dulu dimana Pantai Jatimalang itu. Pantai Jatimalang terletak di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pantai Jatimalang lokasinya kurang lebih 20 km dari Pusat Kota Purworejo. Pantai di pesisir selatan Pulau Jawa ini menyuguhkan keindahan alam yang luar biasa dengan pasir hitamnya yang halus dan lembut di padukan dengan ombak yang sangat indah.


Anda bisa menikmati liburan dengan bersantai ria di sepanjang garis pantai Jatimalang. Menikmati setiap detiknya dengan hati suka ria dengan penuh canda tawa bersama keluarga. Tentu momen ini sangat dirindukan oleh banyak keluarga di muka bumi ini. Karena banyak sekali keluarga yang super sibuk dengan kegiatan masing-masing. Untuk itu jika anda tergolong keluarga yang sibuk, momen ini tepat sekali anda manfaatkan untuk menikmati keindahan alam bersama keluarga.

Anda juga bisa menikmati liburan dengan berenang di Pantai Jatimalang ini, di sarankan untuk berenang pagi hari, karena mulai siang hari ombaknya sangat besar dan membahayakan keselamatan anda. Selain berenang di pantai langsung, di bibir pantai juga terdapat kolam-kolam buatan, yang tidak kalah asyik untuk berenang.

Di Pantai Jatimalang juga terdapat kawasan pohon cemara yang sangat sejuk jika anda bersantai disana. Karena pohon cemara tersebut sangat banyak dan rimbun sehingga ketika angin berhembus kita akan merasakan kesejukan seperti udara pagi di pegunungan. Anda akan betah bila berlama-lama di kawasan ini, apalagi anda ditemani pasangan ( eh keluarga ), ohh kenikmatan yang tiada tandingannya ( maaf buat yang jomblo).

Anda akan menjumpai gubuk/ saung di pinggir Pantai Jatimalang. Saung ini difungsikan untuk bersantai sambil menikmati ombak yang  menari-nari membawa kedamaian dan memanjakan mata. Bisa juga saung ini difungsikan untuk tempat berteduh jika berkunjung di siang hari. Bila anda ingin menikmati keindahan pantai tetapi malas berjalan kaki, anda dapat menyewa ATV, dengan tarif 20.000 anda bisa berkeliling pantai sampai puas.

Banyak juga kaula muda yang memanfaatkan pantai ini untuk jogging, baik pagi hari maupun sore hari. Jogging dengan temen-teman memang asyik, apalagi di barengi dengan bermain pasir, bermain air laut, dan ujung-ujungnya mandi bareng deh. Pantai Jatimalang juga menyuguhkan pemandangan indah dikala sunset. Panorama matahari terbenam bisa anda nikmati bersama pasangan, apalagi ada segelas kopi/teh, uhhh romantis banget.

Setelah capek jalan-jalan, anda bisa menikmati jajanan di pinggir jalan sepanjang Pantai Jatimalang. Disini terdapat banyak warung/restoran seefood/fastfood dari warung kelas rendah sampai warung kelas atas atau mewah. Berbagai olahan seefood dengan kualitas daging/ikan yang masih segar. Pokoknya mantap banget deh, kalau anda makan di area Pantai Jatimalang, selain itu harga juga lumayan murah loh, ga mahal kaya di Pantai Ancol Jakarta.



Di Pantai Jatimalang Fasilitas seperti toilet, mushola, tempat basuh air tawar dan fasilitas lain sangat terkelola, tempatnya bersih dan rapi. Ini tentu sangat diharapkan oleh pengunjung, karena keindahan dan kerapian fasilitas umum akan menarik pengunjung semakin banyak lagi. Selanjutnya untuk anda yang datang dari tempat jauh atau luar kota, di Pantai Jatimalang ini terdapat banyak penginapan dengan harga yang terjngkau. Anda tinggal mencari langsung di sekitar pantai atau menanyakan kepada warung sekitar, nanti akan di arahkan ke penginapan yang anda inginkan.


Bagaimana ? Apakah anda tertarik untuk berwisata ke Pantai Jatimalang ? Jangan dirumah ajha, ajak keluarga anda, ajak pasangan anda, ajak semua orang yang anda sayangi, untuk berwisata di Pantai Jatimalang.

Bagikan artikel ini agar banyak orang tahu tentang keindahan Pantai Jatimalang, sehingga banyak orang yang bahagia.  

Pendakian Gunung Prau 2565 mdpl via Patak Banteng

Gunung Prau, adalah sebuah bukit di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. Merupakan batas antara 3 kabupaten yaitu Kabupate Batang, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Wonosobo. Puncak Gununag Prahu merupakan padang rumput luas yang memanjang dari barat ke timur. Bukit-bukit kecil dan sabana dengan sedikit pepohonan dapat kita jumpai di puncak. Gunung Prahu merupakan puncak tertinggi di kawasan Dataran Tinggi Dieng, dengan beberapa puncak yang lebih rendah di sekitarnya.




Terdapat 4 Jalur Pendakian yang favorit, diantaranya Jalur Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jalur Patak Banteng, Wonosobo, Jalur Dieng, Wonosobo, Jalur Kenjuran Kendal. Dari keempat jalur ini yan paling favorit adalah Jalur Patak Banteng, Wonosobo. Kenapa jalur ini favorit, karena trek pendakian pendek (hanya 2,5 - 3 jam pejalanan), Akses menuju basecamp mudah (transportasi mudah), Bisa sekalian mengunjungi wisata lain di Dataran Tinggi Dieng, pengelola gunungnya sopan,dan lain sebagainya.

Oleh karena itu saya memilih Patak Banteng sebagai jalur pendakian yang akan saya lewati. Karena saya lebih mengutamakan jalur pendakian terpendek. Pendakian kali ini saya lakukan dengan tema " Camping Ceria". Arti dari tema tersebut adalah melakukan camping dengan santai, asyik, dan mengutamakan kebahagiaan bersama. Pendakian ini saya ditemani oleh 10 teman, diantaranya adalah 3 teman SMK, 7 orang teman main di kampung.Berikut saya sebutkan satu per satu :
1. Ihsanudin - rumah Kec Bener status lajang, dia adalah teman SMK.
2. Aji - rumah Kec Bayan status lajang, dia adalah teman SMK.
3. Riyan - rumah Kec Kemiri status gak jelas, dia teman SMK juga.
4. Hasanudin - Seorang Guru SD, dia adalah tetangga.
5. Nurcahyo - Temen main dari kecil, kebetulan temen sekolah juga.
6. Naryo - Teman bercanda dari kanak-kanak.
7. Triska - Teman di kampung.
8. Adi - Teman kampung juga.
9. Rochim - Teman di kampung yang hobby mainin burung, eh burung siapa ? hahaha
10. Putra - Teman di kampung yang ingin mencoba dinginya udara gunung.

Kami 11 orang berasal dari Kabupaten Purworejo, dan memulai perjalanan dari Kabupaten Purworejo. Berhubung kami berasal dari beberapa kecamatan, akhirnya kami memutuskan untuk berkumpul di pertigaan Maron. Pertigaan ini jika kita lurus akan menuju ke Magelang, tetapi kalau belok kiri akan menuju ke Wonosobo. Kami berdiskusi bersama dan menghasilkan kesepakatan bahwa perjalanan di mulai jam 08:00 dari pertigaan Maron tersebut. Jadi sebelum jam 8 harusnya sudah sampai di lokasi titik kumpul.

Ternyata terjadi hujan lebat di pagi hari, dengan keyakinan kuat akhirnya kami memutuskan untuk berangkat pukul 07:30 wib. Saya ditemani 7 orang teman saya berangkat dari Desa Pacekelan Kec/Kab Purworejo menuju titik kumpul Pertigaan Maron. Dengan mengenakan jas hujan kami memacu kendaraan secara pelan tapi pasti. Akhirnya pukul 08:00 wib kami sampai di lokasi, disana sudah ada teman saya Ihsan. 5 menit kemudian 2 orang teman saya datang, dan kami berdoa bersama sebelum memulai perjalanan.

Kami berjalan beriringan memacu kendaraan dengan kecepatan santai, karena jalan licin akibat hujan. Kondisi jalan menuju Wonosobo di dominasi oleh tanjakan, turunan dan tikungan tajam, sesekali di sebelah jalan terdapat jurang yang sangat dalam. Kami harus berhati-hati dan selalu waspada agar selamat sampai tujuan dan sampai rumah lagi.

Setelah berkendara selama 2,5 jam, kami sampai di Alun-alun Kota Wonosobo. Kami berhenti untuk melepas jas hujan karena hujan sedikit reda. Berhubung ini hari Jum'at, kami pun berencana menunaikan ibadah Sholat Jum'at di masjid jami' dekat alun-alun. Setelah semua rapi, kami memasuki area masjid memarkir kendaraan kemudian menitipkan tas di penitipan barang. Kami bergantian mengambil air wudhu dan memasuki masjid.

Sholat Jum'at selesai, kami bergegas mengambil barang kami dan memacu motor kesebuah warung makan tak jauh dari masjid. Kami makan siang dengan lahap karena kondisi kami kedinginan akibat kehujanan. Setelah makan selesai, kami melanjutkan perjalanan melewati Jalan Raya Dieng. Kami memacu kendaraan melewati tanjakan demi tanjakan dengan bermain gigi 1 dan 2. Hujan kembali mengguyur kami dan terpaksa jas hujan di pakai lagi. Kabut turun membuat jarak pandang kami sedikit terhalang. Kami terus berjalan dengan hati-hati dan dengan kewaspadaan tinggi, karena daerah dataran tinggi seperti ini rawan terjadi longsor. Hal ini di dunkung oleh faktor jarangnya kita temui pohon-pohon besar di sekitar jalan. Sekitar jalan di dominasi tanaman sayuran warga sekitar.

Akhirnya setelah 1 jam perjalanan kami sampai di gerbang yang bertuliskan " Kawasan Dieng Plateau". Kami berhenti sejenak untuk mengadakan foto bersama, sambil menikmati cilok (siomay) yang kebetulan penjualnya lewat. Hujan pun sedikit reda, dan sekitar 15 menit lagi kita sampai di Base Camp Patak Banteng. Setelah foto-foto cukup, kami melanjutkan perjalanan menuju base camp, dan kami sampai di base camp tepat pukul 14:30 wib.

Kami istirahat sejenak, sambil melengkapi kebutuhan untuk pendakian seperti air minum dan lain sebagainya. Saya menuju loket simaksi untuk melakukan registrasi, harga tiket pendakian untuk 1 orang adalah 10 ribu. Dan di loket saya dijelaskan tentang peraturan yang wajib di patuhi saat mendaki gunung prau. Semua perlengkapan telah siap, dan kami berkumpul untuk melakukan doa bersama demi kelancaran pendakian.

Base Camp - POS 1


Tepat pukul 15:00 wib kami melakukan pendakian. Dari base camp kami melewati perkampungan penduduk, dan kami melewati jalan setapak yang berbentuk anak tangga disebut ondo sewu. Bagi pemula ini sangat melelahkan, dan langsung memompa jantung. Untuk trek setapak tersebut panjangnya sekitar 500 meter. Setelah itu kita melintasi jalan bebatuan yang ditata rapi, kanan kirinya adalah perkebunan/persawahan warga. Sungguh sangat indah sekali pemandangan sawah dengan tata letak terasering yang begitu rapi. Tidak lama kemudian kami sampai di Pos 1. Dari base camp menuju Pos 1 dibutuhkan waktu 30 menit.

Pos 1 berupa gubuk kecil persawahan, biasanya terdapat penjual Siomay yang mengais rezeki dari para pendaki. Di pos ini pendaki bisa beristirahat dan mengisi tenaga ataupun lanjut perjalanan. Karena jalan dari basecamp tidak terlalu menanjak, pendaki dapat langsung melanjutkan perjalanan. Dari pos ini pendaki hanya bisa melihat pemandangan sawah yang rapi dan puncak dari gunung sindoro yang terlihat kecil. Jika ingin mengambil gambar mungkin dirasa tidak pas, karena lahan yang tertutup tebing persawahan dan perkampungan saja. Namun jika ingin menunggu rekan pendaki lain, pos ini bisa dijadikan tempat yang pas. Jika ramai pendaki, banyak tukan ojek di pos ini, untuk menjemput pendaki yang turun.

Kami pun beristirahat sebentar untuk mengatur nafas, dan melepaskan lelah serta dahaga. Kami memecahkan kesunyian dengan bercanda, bergurau , dan berceloteh. Setelah semua terlihat siap, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 2.

POS 1 - POS 2

Kami melanjutkan perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2, kami berbelok ke kiri, melewati persawahan, dengan pemandangan sawah kanan kiri dan hutan didepan. Dari Pos 1 menuju Pos 2 sekitar 30 menit saja dengan jalur tidak terlalu menanjak, dan berbentuk tangga tanah. Sebelum Pos 2 kami menjumpai warung kecil sebelah kiri jalur, warung ini buka jika pendakian ramai. Sekitar 20 m dari warung, Pos 2 sudah terlihat.

Karena pendaki yang turun banyak, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di warung tersebut. Gerimis terlihat turun menghiasi pendakian kami, dan kami bergegas mengambil jas hujan untuk di pakai agar badan tidak basah akibat air hujan. Kami melanjutkan perjalanan saat pendaki yang turun sudah tidak ada lagi, dan tidak lama kami sampai di Pos 2.

Pos 2 berupa lahan lapang kecil, cukup untuk mendirikan 2 tenda saja. Di pos ini juga pendaki memasuki hutan gunung prau. Hutan lebat dengan dominasi pohon cemara dan pinus. Para pendaki biasanya langsung melanjutkan perjalanan tanpa istirahat di pos ini karena tenaga masih cukup dan tidak terlalu terjal selama perjalanan dari pos 1.

POS 2 - POS 3

Kami tidak berhenti di Pos 2, karena stamina kami masih oke. Kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 3. Jalan mulai menanjak, dan sedikit menantang karena jalanan terjal dengan tanjakan yang lumayan sulit, ditambah hujan yang membuat trek semakin licin. Kami sedikit jenuh karena trek berupa tanah merah dan bebatuan yang menyusahkan kami, dikanan kiri terdapat pohon pinus dan jurang yang lumayan dalam. Perjalanan dari Pos 2 menuju Pos 3 sangat menguras tenaga, dan tidak di anjurkan pendaki untuk mengambil gambar apalagi selfi, hal ini dapat membahayakan diri sendiri. Kami beberapa kali berhenti untuk mengambil nafas dan kemudian jalan lagi. 1 jam berjalan akhirnya kami sampai di Pos 3.

POS 3 - Bukit Teletubies

Pos 3 ini berupa lahan kecil sebelah kanan, muat untuk 2 tenda. Di pos ini juga hanya berupa hutan saja, tidak ada pemandangan lain selain bukit dan hutan jadi jika pendaki merasa bosan ada baiknya untuk tidak terlalu lama di Pos 3.  Rekomendasi untuk istirahat sejenak dan mengisi tenaga.

Setelah istirahat cukup, kami melanjutkan perjalanan ke tempat camp (bukit teletubis). Dari Pos 3 menuju Bukit Teletubis trek perjalanan adalah yang paling berat, karena trek semakin menanjak dan terjal, ditambah tidak ada pegangan di kanan kirinya. Kami terus berjalan dengan hati-hati karena ada jurang yang dalam di samping jalur pendakian. Bagi pendaki kawakan mungkin tanjakan di Gunung Prau ini tidak ada apa-apanya dibanding tanjakan di gunung lain seperti Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Merapi, Gunung Semeru, dan Gunung-Gunung Besar lainnya. Namun bagi pendaki pemula, ini sungguh melelahkan. Bahkan ada seorang pendaki wanita yang sampai kram kakinya. Intinya ketika kita mendaki gunung persiapan fisik adalah hal pokok yang menjadi syarat utama mendaki.

Akhirnya dengan mengerahkan semua tenaga yang tersisa, kami sampai di Bukit Teletubis. Kami membutuhkan waktu 40 menit dai Pos 3 menuju Bukit Teletubis. Kami mencari lapak untuk mendirikan 4 tenda. Setelah lama memutar, kami menemukan lapak yang srategis. Kami mengumpulkan semua tas dan peralatan, sambil istirahat mengembalikan tenaga yang terkuras. Saling bantu membantu kami mendirikan tenda satu per satu.

Satu tenda telah berdiri, tenda ini di khususkan untuk dapur, sehingga semua logistik masuk ke tenda ini. Kemudian tenda kedua berdiri, tenda ini untuk tidur 4 orang, dan perlengkapan 4 orang masuk kedalam tenda tersebut. Selanjutya kami mendirikan tenda ketiga, dengan cekatan tenda berdiri dihadapan tenda pertama. Perlengkapan 3 orang masuk ke tenda tersebut. Sekarang kami berusaha untuk mendirikan tenda ke empat yang ukuran tendanya paling besar yaitu kapasitas 6 orang. 50% tenda telah selesai, namun langit cerah saat akan terjadinya sunset. Akhirnya kami berhamburan berlari membawa kamera masing-masing untuk mengabadikan momen tersebut. Kapan lagi bisa dapat bonus sunset yang indah.

Setengah jam kemudian matahari tenggelam, kami pun kembali ke tenda. Kami melanjutkan pembuatan tenda yang belum selesai tadi. Kurang 10% lagi tenda selesai eh hujan turun sangat lebat. Kami Masuk ke dalam tenda masing-masing. Saya yang berperan sebagai koki tenda, langsung masuk ke tenda dapur dan segera memasak. Saya menyalakan kompor pertama untuk memasak air untuk menyeduh kopi, teh, dan susu jahe. Kompor kedua saya nyalakan untuk  memasak nasi. Setelah air masak, saya melanjutkan masak mie instan, masak sarden, dilanjutkan menggoreng tempe, menggoreng telur. Ketika semua sudah siap, kami makan bersama di tenda paling besar. Sungguh nikmat sekali makan bareng di dalam tenda sambil bercanda tawa.

Makan malam pun usai, kami menikmati dinginnya udara dibukit ini dengan main gaple, main poker, dan ada juga yang mendengarkan musik sambil bernyanyi. Tak lupa juga makanan ringan tersedia untuk olahraga mulut. Kopi juga selalu ready untuk menghangatkan badan, bagi perokok pun rokok terus di bakar tak ada putusnya lah. Malam pun terus berjalan hingga akhirnya kami merasa ngantuk. Kami pun tidur dengan nyenyak sampai waktu subuh tiba.

Kami bangun bergantian menunaikan Sholat Subuh. Sambil menunggu sunrise kami menyeduh air untuk membuat minuman hangat untuk menghangatkan tubuh. Kami pun menyiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan pemotretan, baik baju yg akan digunakan, tulisan untuk salam-salam, bendera kebangsaan, bendera komunitas, dsb. Dan kami menuju spot photo yang gak jauh dari tenda.

Kami menunggu momen terbitnya Matahari, tampak cahaya merah bergaris di ufuk timur pertanda Matahari akan segera muncul. Kami pun bersorak sorai bersama teman pendaki yang lain menyambut Matahari. Mulai terlihat keindahan bukit-bukit disekitar Gunung Prau ini, bukit dengan rumput hijau yang seakan ini adalah bukit di Film Teletubies. Dari Gunung Prau ini kita bisa melihat beberapa gunung yang sangat indah. Diantaranya Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Slamet, dan perbukitan lain yang sangat memanjakan mata. Kami pun puas berfoto-foto hingga lupa waktu, dan saat kami melihat jam ternyata sudah jam 8 pagi. Kami yang merasa sudah puas berfoto bergegas menuju tenda.




Saya langsung menuju tenda dapur untuk masak menu sarapan, menu sarapan pagi ini adalah nasi putih, sayur asem, telur goreng, tempe goreng, sambel. Wih manap banget nih, bikin ngiler.... Kami bergantian makan, karena beberapa teman masih ada yang berfoto-foto. Sambil menunggu semua selesai makan, kami merapikan perlengkapan tidur semalam seperti sleeping bag, sarung, jaket,dll. Akhirny semua telah sarapan pagi, kami bersantai sejenak menikmati udara segar khas pegunungan. Sambil menikmati kopi hitam yang mantap, kami sedikit bercanda untuk memancing tawa.

Setelah semua merasa puas, kami memutuskan untuk berkemas membongkar tenda. Tenda kami bongkar satu persatu, kami tata kembali barang-barang di tas kami masing-masing. Sampah kami kumpulkan menjadi satu, dan kami packing dengan rapi, untuk memudahkan saat membawa sampah turun. Perlu diketahui bahwa seorang pendaki tidak boleh meninggalkan sampah sedikitpun di gunung, karena akan mengakibatkan kotornya lingkungan, merusak pemandangan, bisa memicu kebakaran hutan, dan banyak lagi kerugian sampah. 


Selesai packing, kami berkumpul untuk berdoa bersama, mengucapkan syukur atas nikmat yang luar biasa yang telah kami dapat, berdoa juga semoga saat proses turun guung kami diberi keselamatan dan kesehatan sampai rumah. Tak lupa juga kami memohon maaf kepada tenda-tenda sekitar kami, apabila selama camp disini kami mengganggu ketenangan atau bahkan merugikan mereka. Mereka pun menyambut permohonan maaf kami dengan senyum lebar dan salam rimba. Akhirnya kami pulang dengan perasaan bangga dan bahagia. See You Next Trippp.....

Estimasi Waktu Perjalanan :
Base Camp - Pos 1 : 30 menit
Pos 1 - Pos 2 : 30 menit
Pos 2 - Pos 3 : 1 Jam
Pos 3 - Camp Zone ( Bukit Teletubis ) : 40 menit

Ini estimasi untuk kami yang jalan terus tapi santai, istirahat tidak begitu lama. Jika anda lebih cepat mungkin waktu pendakian bisa menjadi 2 jam. Namun jika anda lebih lambat waktu pendakian bisa menjadi 4 jam. Berikut estimasi dari kami semoga bermanfaat untuk anda, saudara anda, dan kerabat anda. Jangan lupa bagikan artikel ini agar informasi ini berguna untuk orang banyak.