Pendakian Gunung Prau 2565 mdpl via Patak Banteng

Gunung Prau, adalah sebuah bukit di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. Merupakan batas antara 3 kabupaten yaitu Kabupate Batang, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Wonosobo. Puncak Gununag Prahu merupakan padang rumput luas yang memanjang dari barat ke timur. Bukit-bukit kecil dan sabana dengan sedikit pepohonan dapat kita jumpai di puncak. Gunung Prahu merupakan puncak tertinggi di kawasan Dataran Tinggi Dieng, dengan beberapa puncak yang lebih rendah di sekitarnya.




Terdapat 4 Jalur Pendakian yang favorit, diantaranya Jalur Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jalur Patak Banteng, Wonosobo, Jalur Dieng, Wonosobo, Jalur Kenjuran Kendal. Dari keempat jalur ini yan paling favorit adalah Jalur Patak Banteng, Wonosobo. Kenapa jalur ini favorit, karena trek pendakian pendek (hanya 2,5 - 3 jam pejalanan), Akses menuju basecamp mudah (transportasi mudah), Bisa sekalian mengunjungi wisata lain di Dataran Tinggi Dieng, pengelola gunungnya sopan,dan lain sebagainya.

Oleh karena itu saya memilih Patak Banteng sebagai jalur pendakian yang akan saya lewati. Karena saya lebih mengutamakan jalur pendakian terpendek. Pendakian kali ini saya lakukan dengan tema " Camping Ceria". Arti dari tema tersebut adalah melakukan camping dengan santai, asyik, dan mengutamakan kebahagiaan bersama. Pendakian ini saya ditemani oleh 10 teman, diantaranya adalah 3 teman SMK, 7 orang teman main di kampung.Berikut saya sebutkan satu per satu :
1. Ihsanudin - rumah Kec Bener status lajang, dia adalah teman SMK.
2. Aji - rumah Kec Bayan status lajang, dia adalah teman SMK.
3. Riyan - rumah Kec Kemiri status gak jelas, dia teman SMK juga.
4. Hasanudin - Seorang Guru SD, dia adalah tetangga.
5. Nurcahyo - Temen main dari kecil, kebetulan temen sekolah juga.
6. Naryo - Teman bercanda dari kanak-kanak.
7. Triska - Teman di kampung.
8. Adi - Teman kampung juga.
9. Rochim - Teman di kampung yang hobby mainin burung, eh burung siapa ? hahaha
10. Putra - Teman di kampung yang ingin mencoba dinginya udara gunung.

Kami 11 orang berasal dari Kabupaten Purworejo, dan memulai perjalanan dari Kabupaten Purworejo. Berhubung kami berasal dari beberapa kecamatan, akhirnya kami memutuskan untuk berkumpul di pertigaan Maron. Pertigaan ini jika kita lurus akan menuju ke Magelang, tetapi kalau belok kiri akan menuju ke Wonosobo. Kami berdiskusi bersama dan menghasilkan kesepakatan bahwa perjalanan di mulai jam 08:00 dari pertigaan Maron tersebut. Jadi sebelum jam 8 harusnya sudah sampai di lokasi titik kumpul.

Ternyata terjadi hujan lebat di pagi hari, dengan keyakinan kuat akhirnya kami memutuskan untuk berangkat pukul 07:30 wib. Saya ditemani 7 orang teman saya berangkat dari Desa Pacekelan Kec/Kab Purworejo menuju titik kumpul Pertigaan Maron. Dengan mengenakan jas hujan kami memacu kendaraan secara pelan tapi pasti. Akhirnya pukul 08:00 wib kami sampai di lokasi, disana sudah ada teman saya Ihsan. 5 menit kemudian 2 orang teman saya datang, dan kami berdoa bersama sebelum memulai perjalanan.

Kami berjalan beriringan memacu kendaraan dengan kecepatan santai, karena jalan licin akibat hujan. Kondisi jalan menuju Wonosobo di dominasi oleh tanjakan, turunan dan tikungan tajam, sesekali di sebelah jalan terdapat jurang yang sangat dalam. Kami harus berhati-hati dan selalu waspada agar selamat sampai tujuan dan sampai rumah lagi.

Setelah berkendara selama 2,5 jam, kami sampai di Alun-alun Kota Wonosobo. Kami berhenti untuk melepas jas hujan karena hujan sedikit reda. Berhubung ini hari Jum'at, kami pun berencana menunaikan ibadah Sholat Jum'at di masjid jami' dekat alun-alun. Setelah semua rapi, kami memasuki area masjid memarkir kendaraan kemudian menitipkan tas di penitipan barang. Kami bergantian mengambil air wudhu dan memasuki masjid.

Sholat Jum'at selesai, kami bergegas mengambil barang kami dan memacu motor kesebuah warung makan tak jauh dari masjid. Kami makan siang dengan lahap karena kondisi kami kedinginan akibat kehujanan. Setelah makan selesai, kami melanjutkan perjalanan melewati Jalan Raya Dieng. Kami memacu kendaraan melewati tanjakan demi tanjakan dengan bermain gigi 1 dan 2. Hujan kembali mengguyur kami dan terpaksa jas hujan di pakai lagi. Kabut turun membuat jarak pandang kami sedikit terhalang. Kami terus berjalan dengan hati-hati dan dengan kewaspadaan tinggi, karena daerah dataran tinggi seperti ini rawan terjadi longsor. Hal ini di dunkung oleh faktor jarangnya kita temui pohon-pohon besar di sekitar jalan. Sekitar jalan di dominasi tanaman sayuran warga sekitar.

Akhirnya setelah 1 jam perjalanan kami sampai di gerbang yang bertuliskan " Kawasan Dieng Plateau". Kami berhenti sejenak untuk mengadakan foto bersama, sambil menikmati cilok (siomay) yang kebetulan penjualnya lewat. Hujan pun sedikit reda, dan sekitar 15 menit lagi kita sampai di Base Camp Patak Banteng. Setelah foto-foto cukup, kami melanjutkan perjalanan menuju base camp, dan kami sampai di base camp tepat pukul 14:30 wib.

Kami istirahat sejenak, sambil melengkapi kebutuhan untuk pendakian seperti air minum dan lain sebagainya. Saya menuju loket simaksi untuk melakukan registrasi, harga tiket pendakian untuk 1 orang adalah 10 ribu. Dan di loket saya dijelaskan tentang peraturan yang wajib di patuhi saat mendaki gunung prau. Semua perlengkapan telah siap, dan kami berkumpul untuk melakukan doa bersama demi kelancaran pendakian.

Base Camp - POS 1


Tepat pukul 15:00 wib kami melakukan pendakian. Dari base camp kami melewati perkampungan penduduk, dan kami melewati jalan setapak yang berbentuk anak tangga disebut ondo sewu. Bagi pemula ini sangat melelahkan, dan langsung memompa jantung. Untuk trek setapak tersebut panjangnya sekitar 500 meter. Setelah itu kita melintasi jalan bebatuan yang ditata rapi, kanan kirinya adalah perkebunan/persawahan warga. Sungguh sangat indah sekali pemandangan sawah dengan tata letak terasering yang begitu rapi. Tidak lama kemudian kami sampai di Pos 1. Dari base camp menuju Pos 1 dibutuhkan waktu 30 menit.

Pos 1 berupa gubuk kecil persawahan, biasanya terdapat penjual Siomay yang mengais rezeki dari para pendaki. Di pos ini pendaki bisa beristirahat dan mengisi tenaga ataupun lanjut perjalanan. Karena jalan dari basecamp tidak terlalu menanjak, pendaki dapat langsung melanjutkan perjalanan. Dari pos ini pendaki hanya bisa melihat pemandangan sawah yang rapi dan puncak dari gunung sindoro yang terlihat kecil. Jika ingin mengambil gambar mungkin dirasa tidak pas, karena lahan yang tertutup tebing persawahan dan perkampungan saja. Namun jika ingin menunggu rekan pendaki lain, pos ini bisa dijadikan tempat yang pas. Jika ramai pendaki, banyak tukan ojek di pos ini, untuk menjemput pendaki yang turun.

Kami pun beristirahat sebentar untuk mengatur nafas, dan melepaskan lelah serta dahaga. Kami memecahkan kesunyian dengan bercanda, bergurau , dan berceloteh. Setelah semua terlihat siap, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 2.

POS 1 - POS 2

Kami melanjutkan perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2, kami berbelok ke kiri, melewati persawahan, dengan pemandangan sawah kanan kiri dan hutan didepan. Dari Pos 1 menuju Pos 2 sekitar 30 menit saja dengan jalur tidak terlalu menanjak, dan berbentuk tangga tanah. Sebelum Pos 2 kami menjumpai warung kecil sebelah kiri jalur, warung ini buka jika pendakian ramai. Sekitar 20 m dari warung, Pos 2 sudah terlihat.

Karena pendaki yang turun banyak, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di warung tersebut. Gerimis terlihat turun menghiasi pendakian kami, dan kami bergegas mengambil jas hujan untuk di pakai agar badan tidak basah akibat air hujan. Kami melanjutkan perjalanan saat pendaki yang turun sudah tidak ada lagi, dan tidak lama kami sampai di Pos 2.

Pos 2 berupa lahan lapang kecil, cukup untuk mendirikan 2 tenda saja. Di pos ini juga pendaki memasuki hutan gunung prau. Hutan lebat dengan dominasi pohon cemara dan pinus. Para pendaki biasanya langsung melanjutkan perjalanan tanpa istirahat di pos ini karena tenaga masih cukup dan tidak terlalu terjal selama perjalanan dari pos 1.

POS 2 - POS 3

Kami tidak berhenti di Pos 2, karena stamina kami masih oke. Kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 3. Jalan mulai menanjak, dan sedikit menantang karena jalanan terjal dengan tanjakan yang lumayan sulit, ditambah hujan yang membuat trek semakin licin. Kami sedikit jenuh karena trek berupa tanah merah dan bebatuan yang menyusahkan kami, dikanan kiri terdapat pohon pinus dan jurang yang lumayan dalam. Perjalanan dari Pos 2 menuju Pos 3 sangat menguras tenaga, dan tidak di anjurkan pendaki untuk mengambil gambar apalagi selfi, hal ini dapat membahayakan diri sendiri. Kami beberapa kali berhenti untuk mengambil nafas dan kemudian jalan lagi. 1 jam berjalan akhirnya kami sampai di Pos 3.

POS 3 - Bukit Teletubies

Pos 3 ini berupa lahan kecil sebelah kanan, muat untuk 2 tenda. Di pos ini juga hanya berupa hutan saja, tidak ada pemandangan lain selain bukit dan hutan jadi jika pendaki merasa bosan ada baiknya untuk tidak terlalu lama di Pos 3.  Rekomendasi untuk istirahat sejenak dan mengisi tenaga.

Setelah istirahat cukup, kami melanjutkan perjalanan ke tempat camp (bukit teletubis). Dari Pos 3 menuju Bukit Teletubis trek perjalanan adalah yang paling berat, karena trek semakin menanjak dan terjal, ditambah tidak ada pegangan di kanan kirinya. Kami terus berjalan dengan hati-hati karena ada jurang yang dalam di samping jalur pendakian. Bagi pendaki kawakan mungkin tanjakan di Gunung Prau ini tidak ada apa-apanya dibanding tanjakan di gunung lain seperti Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Merapi, Gunung Semeru, dan Gunung-Gunung Besar lainnya. Namun bagi pendaki pemula, ini sungguh melelahkan. Bahkan ada seorang pendaki wanita yang sampai kram kakinya. Intinya ketika kita mendaki gunung persiapan fisik adalah hal pokok yang menjadi syarat utama mendaki.

Akhirnya dengan mengerahkan semua tenaga yang tersisa, kami sampai di Bukit Teletubis. Kami membutuhkan waktu 40 menit dai Pos 3 menuju Bukit Teletubis. Kami mencari lapak untuk mendirikan 4 tenda. Setelah lama memutar, kami menemukan lapak yang srategis. Kami mengumpulkan semua tas dan peralatan, sambil istirahat mengembalikan tenaga yang terkuras. Saling bantu membantu kami mendirikan tenda satu per satu.

Satu tenda telah berdiri, tenda ini di khususkan untuk dapur, sehingga semua logistik masuk ke tenda ini. Kemudian tenda kedua berdiri, tenda ini untuk tidur 4 orang, dan perlengkapan 4 orang masuk kedalam tenda tersebut. Selanjutya kami mendirikan tenda ketiga, dengan cekatan tenda berdiri dihadapan tenda pertama. Perlengkapan 3 orang masuk ke tenda tersebut. Sekarang kami berusaha untuk mendirikan tenda ke empat yang ukuran tendanya paling besar yaitu kapasitas 6 orang. 50% tenda telah selesai, namun langit cerah saat akan terjadinya sunset. Akhirnya kami berhamburan berlari membawa kamera masing-masing untuk mengabadikan momen tersebut. Kapan lagi bisa dapat bonus sunset yang indah.

Setengah jam kemudian matahari tenggelam, kami pun kembali ke tenda. Kami melanjutkan pembuatan tenda yang belum selesai tadi. Kurang 10% lagi tenda selesai eh hujan turun sangat lebat. Kami Masuk ke dalam tenda masing-masing. Saya yang berperan sebagai koki tenda, langsung masuk ke tenda dapur dan segera memasak. Saya menyalakan kompor pertama untuk memasak air untuk menyeduh kopi, teh, dan susu jahe. Kompor kedua saya nyalakan untuk  memasak nasi. Setelah air masak, saya melanjutkan masak mie instan, masak sarden, dilanjutkan menggoreng tempe, menggoreng telur. Ketika semua sudah siap, kami makan bersama di tenda paling besar. Sungguh nikmat sekali makan bareng di dalam tenda sambil bercanda tawa.

Makan malam pun usai, kami menikmati dinginnya udara dibukit ini dengan main gaple, main poker, dan ada juga yang mendengarkan musik sambil bernyanyi. Tak lupa juga makanan ringan tersedia untuk olahraga mulut. Kopi juga selalu ready untuk menghangatkan badan, bagi perokok pun rokok terus di bakar tak ada putusnya lah. Malam pun terus berjalan hingga akhirnya kami merasa ngantuk. Kami pun tidur dengan nyenyak sampai waktu subuh tiba.

Kami bangun bergantian menunaikan Sholat Subuh. Sambil menunggu sunrise kami menyeduh air untuk membuat minuman hangat untuk menghangatkan tubuh. Kami pun menyiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan pemotretan, baik baju yg akan digunakan, tulisan untuk salam-salam, bendera kebangsaan, bendera komunitas, dsb. Dan kami menuju spot photo yang gak jauh dari tenda.

Kami menunggu momen terbitnya Matahari, tampak cahaya merah bergaris di ufuk timur pertanda Matahari akan segera muncul. Kami pun bersorak sorai bersama teman pendaki yang lain menyambut Matahari. Mulai terlihat keindahan bukit-bukit disekitar Gunung Prau ini, bukit dengan rumput hijau yang seakan ini adalah bukit di Film Teletubies. Dari Gunung Prau ini kita bisa melihat beberapa gunung yang sangat indah. Diantaranya Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Slamet, dan perbukitan lain yang sangat memanjakan mata. Kami pun puas berfoto-foto hingga lupa waktu, dan saat kami melihat jam ternyata sudah jam 8 pagi. Kami yang merasa sudah puas berfoto bergegas menuju tenda.




Saya langsung menuju tenda dapur untuk masak menu sarapan, menu sarapan pagi ini adalah nasi putih, sayur asem, telur goreng, tempe goreng, sambel. Wih manap banget nih, bikin ngiler.... Kami bergantian makan, karena beberapa teman masih ada yang berfoto-foto. Sambil menunggu semua selesai makan, kami merapikan perlengkapan tidur semalam seperti sleeping bag, sarung, jaket,dll. Akhirny semua telah sarapan pagi, kami bersantai sejenak menikmati udara segar khas pegunungan. Sambil menikmati kopi hitam yang mantap, kami sedikit bercanda untuk memancing tawa.

Setelah semua merasa puas, kami memutuskan untuk berkemas membongkar tenda. Tenda kami bongkar satu persatu, kami tata kembali barang-barang di tas kami masing-masing. Sampah kami kumpulkan menjadi satu, dan kami packing dengan rapi, untuk memudahkan saat membawa sampah turun. Perlu diketahui bahwa seorang pendaki tidak boleh meninggalkan sampah sedikitpun di gunung, karena akan mengakibatkan kotornya lingkungan, merusak pemandangan, bisa memicu kebakaran hutan, dan banyak lagi kerugian sampah. 


Selesai packing, kami berkumpul untuk berdoa bersama, mengucapkan syukur atas nikmat yang luar biasa yang telah kami dapat, berdoa juga semoga saat proses turun guung kami diberi keselamatan dan kesehatan sampai rumah. Tak lupa juga kami memohon maaf kepada tenda-tenda sekitar kami, apabila selama camp disini kami mengganggu ketenangan atau bahkan merugikan mereka. Mereka pun menyambut permohonan maaf kami dengan senyum lebar dan salam rimba. Akhirnya kami pulang dengan perasaan bangga dan bahagia. See You Next Trippp.....

Estimasi Waktu Perjalanan :
Base Camp - Pos 1 : 30 menit
Pos 1 - Pos 2 : 30 menit
Pos 2 - Pos 3 : 1 Jam
Pos 3 - Camp Zone ( Bukit Teletubis ) : 40 menit

Ini estimasi untuk kami yang jalan terus tapi santai, istirahat tidak begitu lama. Jika anda lebih cepat mungkin waktu pendakian bisa menjadi 2 jam. Namun jika anda lebih lambat waktu pendakian bisa menjadi 4 jam. Berikut estimasi dari kami semoga bermanfaat untuk anda, saudara anda, dan kerabat anda. Jangan lupa bagikan artikel ini agar informasi ini berguna untuk orang banyak.



No comments: