Pendakian Gunung Prau 2565 mdpl via Patak Banteng

Gunung Prau, adalah sebuah bukit di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, Indonesia. Merupakan batas antara 3 kabupaten yaitu Kabupate Batang, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Wonosobo. Puncak Gununag Prahu merupakan padang rumput luas yang memanjang dari barat ke timur. Bukit-bukit kecil dan sabana dengan sedikit pepohonan dapat kita jumpai di puncak. Gunung Prahu merupakan puncak tertinggi di kawasan Dataran Tinggi Dieng, dengan beberapa puncak yang lebih rendah di sekitarnya.




Terdapat 4 Jalur Pendakian yang favorit, diantaranya Jalur Pranten, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang, Jalur Patak Banteng, Wonosobo, Jalur Dieng, Wonosobo, Jalur Kenjuran Kendal. Dari keempat jalur ini yan paling favorit adalah Jalur Patak Banteng, Wonosobo. Kenapa jalur ini favorit, karena trek pendakian pendek (hanya 2,5 - 3 jam pejalanan), Akses menuju basecamp mudah (transportasi mudah), Bisa sekalian mengunjungi wisata lain di Dataran Tinggi Dieng, pengelola gunungnya sopan,dan lain sebagainya.

Oleh karena itu saya memilih Patak Banteng sebagai jalur pendakian yang akan saya lewati. Karena saya lebih mengutamakan jalur pendakian terpendek. Pendakian kali ini saya lakukan dengan tema " Camping Ceria". Arti dari tema tersebut adalah melakukan camping dengan santai, asyik, dan mengutamakan kebahagiaan bersama. Pendakian ini saya ditemani oleh 10 teman, diantaranya adalah 3 teman SMK, 7 orang teman main di kampung.Berikut saya sebutkan satu per satu :
1. Ihsanudin - rumah Kec Bener status lajang, dia adalah teman SMK.
2. Aji - rumah Kec Bayan status lajang, dia adalah teman SMK.
3. Riyan - rumah Kec Kemiri status gak jelas, dia teman SMK juga.
4. Hasanudin - Seorang Guru SD, dia adalah tetangga.
5. Nurcahyo - Temen main dari kecil, kebetulan temen sekolah juga.
6. Naryo - Teman bercanda dari kanak-kanak.
7. Triska - Teman di kampung.
8. Adi - Teman kampung juga.
9. Rochim - Teman di kampung yang hobby mainin burung, eh burung siapa ? hahaha
10. Putra - Teman di kampung yang ingin mencoba dinginya udara gunung.

Kami 11 orang berasal dari Kabupaten Purworejo, dan memulai perjalanan dari Kabupaten Purworejo. Berhubung kami berasal dari beberapa kecamatan, akhirnya kami memutuskan untuk berkumpul di pertigaan Maron. Pertigaan ini jika kita lurus akan menuju ke Magelang, tetapi kalau belok kiri akan menuju ke Wonosobo. Kami berdiskusi bersama dan menghasilkan kesepakatan bahwa perjalanan di mulai jam 08:00 dari pertigaan Maron tersebut. Jadi sebelum jam 8 harusnya sudah sampai di lokasi titik kumpul.

Ternyata terjadi hujan lebat di pagi hari, dengan keyakinan kuat akhirnya kami memutuskan untuk berangkat pukul 07:30 wib. Saya ditemani 7 orang teman saya berangkat dari Desa Pacekelan Kec/Kab Purworejo menuju titik kumpul Pertigaan Maron. Dengan mengenakan jas hujan kami memacu kendaraan secara pelan tapi pasti. Akhirnya pukul 08:00 wib kami sampai di lokasi, disana sudah ada teman saya Ihsan. 5 menit kemudian 2 orang teman saya datang, dan kami berdoa bersama sebelum memulai perjalanan.

Kami berjalan beriringan memacu kendaraan dengan kecepatan santai, karena jalan licin akibat hujan. Kondisi jalan menuju Wonosobo di dominasi oleh tanjakan, turunan dan tikungan tajam, sesekali di sebelah jalan terdapat jurang yang sangat dalam. Kami harus berhati-hati dan selalu waspada agar selamat sampai tujuan dan sampai rumah lagi.

Setelah berkendara selama 2,5 jam, kami sampai di Alun-alun Kota Wonosobo. Kami berhenti untuk melepas jas hujan karena hujan sedikit reda. Berhubung ini hari Jum'at, kami pun berencana menunaikan ibadah Sholat Jum'at di masjid jami' dekat alun-alun. Setelah semua rapi, kami memasuki area masjid memarkir kendaraan kemudian menitipkan tas di penitipan barang. Kami bergantian mengambil air wudhu dan memasuki masjid.

Sholat Jum'at selesai, kami bergegas mengambil barang kami dan memacu motor kesebuah warung makan tak jauh dari masjid. Kami makan siang dengan lahap karena kondisi kami kedinginan akibat kehujanan. Setelah makan selesai, kami melanjutkan perjalanan melewati Jalan Raya Dieng. Kami memacu kendaraan melewati tanjakan demi tanjakan dengan bermain gigi 1 dan 2. Hujan kembali mengguyur kami dan terpaksa jas hujan di pakai lagi. Kabut turun membuat jarak pandang kami sedikit terhalang. Kami terus berjalan dengan hati-hati dan dengan kewaspadaan tinggi, karena daerah dataran tinggi seperti ini rawan terjadi longsor. Hal ini di dunkung oleh faktor jarangnya kita temui pohon-pohon besar di sekitar jalan. Sekitar jalan di dominasi tanaman sayuran warga sekitar.

Akhirnya setelah 1 jam perjalanan kami sampai di gerbang yang bertuliskan " Kawasan Dieng Plateau". Kami berhenti sejenak untuk mengadakan foto bersama, sambil menikmati cilok (siomay) yang kebetulan penjualnya lewat. Hujan pun sedikit reda, dan sekitar 15 menit lagi kita sampai di Base Camp Patak Banteng. Setelah foto-foto cukup, kami melanjutkan perjalanan menuju base camp, dan kami sampai di base camp tepat pukul 14:30 wib.

Kami istirahat sejenak, sambil melengkapi kebutuhan untuk pendakian seperti air minum dan lain sebagainya. Saya menuju loket simaksi untuk melakukan registrasi, harga tiket pendakian untuk 1 orang adalah 10 ribu. Dan di loket saya dijelaskan tentang peraturan yang wajib di patuhi saat mendaki gunung prau. Semua perlengkapan telah siap, dan kami berkumpul untuk melakukan doa bersama demi kelancaran pendakian.

Base Camp - POS 1


Tepat pukul 15:00 wib kami melakukan pendakian. Dari base camp kami melewati perkampungan penduduk, dan kami melewati jalan setapak yang berbentuk anak tangga disebut ondo sewu. Bagi pemula ini sangat melelahkan, dan langsung memompa jantung. Untuk trek setapak tersebut panjangnya sekitar 500 meter. Setelah itu kita melintasi jalan bebatuan yang ditata rapi, kanan kirinya adalah perkebunan/persawahan warga. Sungguh sangat indah sekali pemandangan sawah dengan tata letak terasering yang begitu rapi. Tidak lama kemudian kami sampai di Pos 1. Dari base camp menuju Pos 1 dibutuhkan waktu 30 menit.

Pos 1 berupa gubuk kecil persawahan, biasanya terdapat penjual Siomay yang mengais rezeki dari para pendaki. Di pos ini pendaki bisa beristirahat dan mengisi tenaga ataupun lanjut perjalanan. Karena jalan dari basecamp tidak terlalu menanjak, pendaki dapat langsung melanjutkan perjalanan. Dari pos ini pendaki hanya bisa melihat pemandangan sawah yang rapi dan puncak dari gunung sindoro yang terlihat kecil. Jika ingin mengambil gambar mungkin dirasa tidak pas, karena lahan yang tertutup tebing persawahan dan perkampungan saja. Namun jika ingin menunggu rekan pendaki lain, pos ini bisa dijadikan tempat yang pas. Jika ramai pendaki, banyak tukan ojek di pos ini, untuk menjemput pendaki yang turun.

Kami pun beristirahat sebentar untuk mengatur nafas, dan melepaskan lelah serta dahaga. Kami memecahkan kesunyian dengan bercanda, bergurau , dan berceloteh. Setelah semua terlihat siap, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 2.

POS 1 - POS 2

Kami melanjutkan perjalanan dari Pos 1 menuju Pos 2, kami berbelok ke kiri, melewati persawahan, dengan pemandangan sawah kanan kiri dan hutan didepan. Dari Pos 1 menuju Pos 2 sekitar 30 menit saja dengan jalur tidak terlalu menanjak, dan berbentuk tangga tanah. Sebelum Pos 2 kami menjumpai warung kecil sebelah kiri jalur, warung ini buka jika pendakian ramai. Sekitar 20 m dari warung, Pos 2 sudah terlihat.

Karena pendaki yang turun banyak, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak di warung tersebut. Gerimis terlihat turun menghiasi pendakian kami, dan kami bergegas mengambil jas hujan untuk di pakai agar badan tidak basah akibat air hujan. Kami melanjutkan perjalanan saat pendaki yang turun sudah tidak ada lagi, dan tidak lama kami sampai di Pos 2.

Pos 2 berupa lahan lapang kecil, cukup untuk mendirikan 2 tenda saja. Di pos ini juga pendaki memasuki hutan gunung prau. Hutan lebat dengan dominasi pohon cemara dan pinus. Para pendaki biasanya langsung melanjutkan perjalanan tanpa istirahat di pos ini karena tenaga masih cukup dan tidak terlalu terjal selama perjalanan dari pos 1.

POS 2 - POS 3

Kami tidak berhenti di Pos 2, karena stamina kami masih oke. Kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 3. Jalan mulai menanjak, dan sedikit menantang karena jalanan terjal dengan tanjakan yang lumayan sulit, ditambah hujan yang membuat trek semakin licin. Kami sedikit jenuh karena trek berupa tanah merah dan bebatuan yang menyusahkan kami, dikanan kiri terdapat pohon pinus dan jurang yang lumayan dalam. Perjalanan dari Pos 2 menuju Pos 3 sangat menguras tenaga, dan tidak di anjurkan pendaki untuk mengambil gambar apalagi selfi, hal ini dapat membahayakan diri sendiri. Kami beberapa kali berhenti untuk mengambil nafas dan kemudian jalan lagi. 1 jam berjalan akhirnya kami sampai di Pos 3.

POS 3 - Bukit Teletubies

Pos 3 ini berupa lahan kecil sebelah kanan, muat untuk 2 tenda. Di pos ini juga hanya berupa hutan saja, tidak ada pemandangan lain selain bukit dan hutan jadi jika pendaki merasa bosan ada baiknya untuk tidak terlalu lama di Pos 3.  Rekomendasi untuk istirahat sejenak dan mengisi tenaga.

Setelah istirahat cukup, kami melanjutkan perjalanan ke tempat camp (bukit teletubis). Dari Pos 3 menuju Bukit Teletubis trek perjalanan adalah yang paling berat, karena trek semakin menanjak dan terjal, ditambah tidak ada pegangan di kanan kirinya. Kami terus berjalan dengan hati-hati karena ada jurang yang dalam di samping jalur pendakian. Bagi pendaki kawakan mungkin tanjakan di Gunung Prau ini tidak ada apa-apanya dibanding tanjakan di gunung lain seperti Gunung Sumbing, Gunung Slamet, Gunung Merapi, Gunung Semeru, dan Gunung-Gunung Besar lainnya. Namun bagi pendaki pemula, ini sungguh melelahkan. Bahkan ada seorang pendaki wanita yang sampai kram kakinya. Intinya ketika kita mendaki gunung persiapan fisik adalah hal pokok yang menjadi syarat utama mendaki.

Akhirnya dengan mengerahkan semua tenaga yang tersisa, kami sampai di Bukit Teletubis. Kami membutuhkan waktu 40 menit dai Pos 3 menuju Bukit Teletubis. Kami mencari lapak untuk mendirikan 4 tenda. Setelah lama memutar, kami menemukan lapak yang srategis. Kami mengumpulkan semua tas dan peralatan, sambil istirahat mengembalikan tenaga yang terkuras. Saling bantu membantu kami mendirikan tenda satu per satu.

Satu tenda telah berdiri, tenda ini di khususkan untuk dapur, sehingga semua logistik masuk ke tenda ini. Kemudian tenda kedua berdiri, tenda ini untuk tidur 4 orang, dan perlengkapan 4 orang masuk kedalam tenda tersebut. Selanjutya kami mendirikan tenda ketiga, dengan cekatan tenda berdiri dihadapan tenda pertama. Perlengkapan 3 orang masuk ke tenda tersebut. Sekarang kami berusaha untuk mendirikan tenda ke empat yang ukuran tendanya paling besar yaitu kapasitas 6 orang. 50% tenda telah selesai, namun langit cerah saat akan terjadinya sunset. Akhirnya kami berhamburan berlari membawa kamera masing-masing untuk mengabadikan momen tersebut. Kapan lagi bisa dapat bonus sunset yang indah.

Setengah jam kemudian matahari tenggelam, kami pun kembali ke tenda. Kami melanjutkan pembuatan tenda yang belum selesai tadi. Kurang 10% lagi tenda selesai eh hujan turun sangat lebat. Kami Masuk ke dalam tenda masing-masing. Saya yang berperan sebagai koki tenda, langsung masuk ke tenda dapur dan segera memasak. Saya menyalakan kompor pertama untuk memasak air untuk menyeduh kopi, teh, dan susu jahe. Kompor kedua saya nyalakan untuk  memasak nasi. Setelah air masak, saya melanjutkan masak mie instan, masak sarden, dilanjutkan menggoreng tempe, menggoreng telur. Ketika semua sudah siap, kami makan bersama di tenda paling besar. Sungguh nikmat sekali makan bareng di dalam tenda sambil bercanda tawa.

Makan malam pun usai, kami menikmati dinginnya udara dibukit ini dengan main gaple, main poker, dan ada juga yang mendengarkan musik sambil bernyanyi. Tak lupa juga makanan ringan tersedia untuk olahraga mulut. Kopi juga selalu ready untuk menghangatkan badan, bagi perokok pun rokok terus di bakar tak ada putusnya lah. Malam pun terus berjalan hingga akhirnya kami merasa ngantuk. Kami pun tidur dengan nyenyak sampai waktu subuh tiba.

Kami bangun bergantian menunaikan Sholat Subuh. Sambil menunggu sunrise kami menyeduh air untuk membuat minuman hangat untuk menghangatkan tubuh. Kami pun menyiapkan segala sesuatu untuk kebutuhan pemotretan, baik baju yg akan digunakan, tulisan untuk salam-salam, bendera kebangsaan, bendera komunitas, dsb. Dan kami menuju spot photo yang gak jauh dari tenda.

Kami menunggu momen terbitnya Matahari, tampak cahaya merah bergaris di ufuk timur pertanda Matahari akan segera muncul. Kami pun bersorak sorai bersama teman pendaki yang lain menyambut Matahari. Mulai terlihat keindahan bukit-bukit disekitar Gunung Prau ini, bukit dengan rumput hijau yang seakan ini adalah bukit di Film Teletubies. Dari Gunung Prau ini kita bisa melihat beberapa gunung yang sangat indah. Diantaranya Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Slamet, dan perbukitan lain yang sangat memanjakan mata. Kami pun puas berfoto-foto hingga lupa waktu, dan saat kami melihat jam ternyata sudah jam 8 pagi. Kami yang merasa sudah puas berfoto bergegas menuju tenda.




Saya langsung menuju tenda dapur untuk masak menu sarapan, menu sarapan pagi ini adalah nasi putih, sayur asem, telur goreng, tempe goreng, sambel. Wih manap banget nih, bikin ngiler.... Kami bergantian makan, karena beberapa teman masih ada yang berfoto-foto. Sambil menunggu semua selesai makan, kami merapikan perlengkapan tidur semalam seperti sleeping bag, sarung, jaket,dll. Akhirny semua telah sarapan pagi, kami bersantai sejenak menikmati udara segar khas pegunungan. Sambil menikmati kopi hitam yang mantap, kami sedikit bercanda untuk memancing tawa.

Setelah semua merasa puas, kami memutuskan untuk berkemas membongkar tenda. Tenda kami bongkar satu persatu, kami tata kembali barang-barang di tas kami masing-masing. Sampah kami kumpulkan menjadi satu, dan kami packing dengan rapi, untuk memudahkan saat membawa sampah turun. Perlu diketahui bahwa seorang pendaki tidak boleh meninggalkan sampah sedikitpun di gunung, karena akan mengakibatkan kotornya lingkungan, merusak pemandangan, bisa memicu kebakaran hutan, dan banyak lagi kerugian sampah. 


Selesai packing, kami berkumpul untuk berdoa bersama, mengucapkan syukur atas nikmat yang luar biasa yang telah kami dapat, berdoa juga semoga saat proses turun guung kami diberi keselamatan dan kesehatan sampai rumah. Tak lupa juga kami memohon maaf kepada tenda-tenda sekitar kami, apabila selama camp disini kami mengganggu ketenangan atau bahkan merugikan mereka. Mereka pun menyambut permohonan maaf kami dengan senyum lebar dan salam rimba. Akhirnya kami pulang dengan perasaan bangga dan bahagia. See You Next Trippp.....

Estimasi Waktu Perjalanan :
Base Camp - Pos 1 : 30 menit
Pos 1 - Pos 2 : 30 menit
Pos 2 - Pos 3 : 1 Jam
Pos 3 - Camp Zone ( Bukit Teletubis ) : 40 menit

Ini estimasi untuk kami yang jalan terus tapi santai, istirahat tidak begitu lama. Jika anda lebih cepat mungkin waktu pendakian bisa menjadi 2 jam. Namun jika anda lebih lambat waktu pendakian bisa menjadi 4 jam. Berikut estimasi dari kami semoga bermanfaat untuk anda, saudara anda, dan kerabat anda. Jangan lupa bagikan artikel ini agar informasi ini berguna untuk orang banyak.



Mancing Asyik di Pemecah Ombak DAM Pelabuhan Tanjung Priok


Bel pulang berbunyi, semua karyawan mulai berkemas untuk meninggalkan kantor dan menuju rumah masing-masing. Saya pun ikut berkemas dan segera pulang. Tak biasanya saya pulang cepet, ini karna ada janji dengan teman saya, kita mau mancing di Pemecah Ombak Pelabuhan Tanjung Priok. Lokasi pemancingan tidak jauh dari rumah kos saya, sehingga saya tidak terburu-buru. Saya sampai rumah dan mandi, setelah itu saya mempersiapkan alat pancing dan perlengkapannya. Ketika semua sudah siap, saya memacu kendaraan roda dua menuju ke dermaga penyeberangan. Kita janjian di deket dermaga (di parkiran motor). Sebelum sampai dermaga saya membeli udang hidup terlebih dahulu, udang ini digunakan sebagai umpan. Lalu saya lanjut ke dermaga dan sampai di dermaga kedua teman saya telah siap menunggu.

Akhirnya tanpa berfikir lama lagi, kami memutuskan untuk menyebrang ke pemecah ombak. Karna penumpangnya masih sedikit, prahu ga langsung jalan, sambil menunggu kami melengkapi perbekalan di warung sebelah. Kami membeli air mineral 3 botol, kopi sachet, roti, rokok, mie instan. Perbekalan sudah lengkap, kami menunggu sejenak di atas prahu. 15 menit berlalu akhirnya prahu jalan menuju pemecah ombak, tarif prahu 15 ribu per orang per perjalanan.




25 menit perjalanan, akhirnya sampai juga di pemecah ombak lampu merah. Kami turun dari prahu, kami membayar 45 ribu rupiah, dan mengumpulkan semua peralatan dan perbekalan di tempat yang aman dan nyaman. Karpet alias terpal kita buka, kemudian kami keluarkan joran andalan kami masing-masing. Saya melihat jarum jam menunjukkan pukul 18:30 wib, bergegas saya mengambil wudhu dengan air laut, saya pun menunaikan ibadah sholat maghrib. Setelah Sholat saya merangkai joran dengan settingan kail teknik mancing dasar. Joran pertama selesai di setting, dengan umpan udang hidup saya lemparkan ke tengah. Sambil menunggu umpan disambar, saya mengeluarkan joran kedua, dan kali ini saya mencoba teknik pelampung alias ngambang. Dengan bantuan pelampung besar plus umpan udang hidup saya lemparkan kembali kail ke tengah.


2 Joran sudah mengadu nasip mencari mangsa ikan predator malam hari. 30 menit kemudian teman saya mendapat sambaran pertama, ikan kerapuh dengan berat 500 gram berhasil di angkat. Girang bukan main, dengan gaya angkuhnya dia menyombongkan diri seakan dialah pemancing hebat. Saya pun tak tinggal diam, saya makin tertarik untuk mendapatkan sambaran ikan. Saya mencoba mancing di karang yang ga begitu dalam, alhasil seekor kepiting ranjungan berhasil saya amankan. Ikan Sembilang dengan berat 2 kg berhasil saya amankan kembali, meski dengan perjuangan yang luar biasa, karena sempat masuk ke karang, tapi dengan kesabaran ekstra, ikan berhasil naik ke daratan.

Malam semakin larut dan kondisi sedikit memburuk. Petir menyambar disertai angin besar, kondisi ini menandakan akan terjadi hujan. Akibat angin dan ombak yang besar kami menghentikan aktivitas memancing sejenak. Kami bergegas memakai jaket dan pelindung badan lain sebagai pelindung angin yang bisa menyebabkan masuk angin.

Tak lama kemudian, hujan lebat menyerang kami, ini pertanda buruk datang. Kami hanya bisa pasrah, mengenakan jas hujan dan diam di atas batu. Tas dan perlengkapan lain kami amankan di bawah terpal. Ga lama kemudian hujan pun reda, kami memanfaatkan momen tersebut untuk menyeduh air panas untuk membuat kopi. Kompor saya keluarkan dari tas beserta panci, ku hidupkan kompor tersebut dan air kami masak. Berhubung angin kencang, kompor kami tutup dengan tas secara keliling. Airpun mendidih, kami segera menyeduh kopi untuk menghangatkan badan. Sungguh nikmat luar biasa, di pinggir agak tengah laut, kena hujan, angin besar, sambil minum kopi panas. Subhanallah, MasyaAllah, Allahu Akbar. 

Namun setelah kami selesai menyeduh kopi, hujan kembali datang. Kami kembali duduk terdiam dengan memakai jas hujan. Perlahan hujan kembali reda, kami pun membersihkan terpal dan memasangnya kembali. Kami sudah tidak bergairah lagi untuk memancing. Kami sempat berfikir untuk pulang, tetapi tidak ada perahu melintas. Akhirnya langit memberikan  harapan positif dengan menyingkirkan mendung geser jauh menjauhi kami. Kami pun memutuskan untuk tidur, dan meneruskan mancing di pagi hari.

Saya pun mencoba melempar kail untuk mencari peruntungan. Setelah semua beres, kami pun tidur bejejer tiga orang. Angin semakin kencang disertai ombak yang semakin besar, sedikit mengganggu kosentrasi kami untuk tidur. Namun kami berusaha tidur, meskipun tidur ayam, bentar-bentar bangun. Menjelang pagi angin mulai berkurang, ombak pun berubah menjadi ombak kecil. Saya mencoba mengamati joran satu persatu, terdengar suara prahu melintas dengan suara khasnhya (otok-otok). Saya pun dikejutkan dengan joran yang bergoyang seakan disambar ikan monster, saya langsung berlari menuju joran, setelah saya angkat jorannya dan mulai memainkan gulungan senar, ternyata yang menyambar adalah prahu yang lewat tadi. Aduhhh, sial deh, padahal udah kaget banget, kayak dapet ikan besar banget. Akhirnya saya teriak ke tukang prahu, " bang, nyngkut nih." Dia pun memperlambat prahu dan melepaskan lilitan senar di baling-baling prahu. Jantung masih berdetak kencang nih, eh yang nyangkut prahu. Saya pun kembali tidur karena jam masih menunjukkan pukul 03:30 pagi.

Kami pun tidur pulas sampai alarm hp saya berbunyi jam 5 pagi. Saya bergegas mengambil air wudhu, sholat subuh. Teman saya pun demikian dan kami mencoba men-setting joran kembali. Kami mencoba mencari peruntungan kembali dengan teknik mancing dasar. Saya iseng memasang kail kecil dengan memanfaatkan udang kupas saya mancing di pinggiran. Akhirnya sambaran ikan baronang membuka kembali kran pendapatan. Saya pun mengeluarkan joran andalan, yaitu tegek. Joran yang di khususkan untuk memancing ikan pinggiran, karena joran ini tidak dilengkapi dengan reel. 

Joran tegek pun menjadi pemenang dalam hal jumlah pendapatan ikan. Kami senang sekali memancing ikan baronang, saling bergantian kami tertawa saat mengangkat ikan ke daratan. Sungguh bahagia itu sederhana, dengan mancing bareng, ketawa bareng, kami sudah sangat bahagia. 

Matahari semakin naik, kami pun merasakan semakin panas sinarnya. Jarum jam menunjukkan pukul 10 pagi, perolehan ikan kami pun lumayan untuk lauk makan siang. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Kami berkemas merapikan alat pancing dan perlengkapan lain sambil menunggu prahu melintas. 


Semua peraatan sudah rapi, kebetulan ada prahu melintas, kami pun melambaikan tangan sambil berteriak. Kang prahu pun menyadari teriakan kami dan mendekati kami. Kemudian bersandar di pemecah ombak, kami pun naik ke prahu tersebut. Mancing pun telah selesai dan kami kembali ke rumah untuk mengolah hasil tangkapan. Kami mengolah ikan tersebut dengan cara di goreng kering dengan bantuan tepung ikan goreng praktis. Mantap !!!



Pesan kami buat anda yang ingin mancing ke Pemecah Ombak Pelabuhan yaitu: 
1. Persiapkan fisik dengan baik, karena cuaca akan berubah dengan cepat, tidak bisa di prediksi
2. Usahakan membawa jas hujan, alas karpet atau terpal
3. Jika mancing siang usahakan membawa topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu, dsb karena siang sangat terik.
4. Kalo bisa membawa kompor kecil atau termos karena tidak ada penjual kopi
5. Persiapkan umpan dan kail jangan sampai kehabisan
6. Jangan mengandalkan 1 joran saja, karena beberapa teknik bisa di coba disana
7. Jika mancing malam usahakan bawa penerangan
8. Jika punya, bawalah tenda, agar dapat melindungi diri dari cuaca buruk atau angin badai.
9. Selalu berdoa dimanapun berada
10. Jaga kebersihan, jangan buang sampah sembarangan, usahakan dibawa ke pinggir lagi.

Kami sangat berharap kritik dan saran dari pembaca demi kebaikan artikel dan blog ini. Silahkan bagikan artikel ini agar bermanfaat untuk orang-orang yang membutuhkannya.

Lihat Video Mancing Ini :

1. Mancing Di DAM Lampu Merah Priok
2. Mancing Di DAM Lampu Hijau Priok
3. Mancing Di Pulau Untung Jawa
4. Mancing Di Muara Blacan


Climbing Mount Rinjani,The 3rd Peak in Indonesia



Clouds of clouds have been seen from the plane window, the blue sky seemed to be a loyal companion of the vast universe, from a distance seen also a very large mountain, high, which almost surrounds the island of Lombok, Mount Rinjani. Yep, I've always drooled to climb this mountain, not only bearing the title of the third highest mountain in Indonesia, but also because this mountain is known for its extraordinary beauty. The plan to climb this Rinjani I discussed with a native friend who is somewhat male but actually the girl really is the Ines before the fast, and we get official date to start this ascent of 10 days after the Eid.

We both buy tickets deliberately flight first hour because on the first day in Lombok we want to play games for a while. We both though the plane, but different plane, I Lion, the ines Citilink. For the ticket itself, I got a discount yesterday from Panorama Tour so Rp.980.000,00, cheap enough is not it? Exactly at half past five in the morning, I was able to enter the plane, and not delay, rich Lion is now clean, yesterday pas from Lombok to Jakarta also use Lion and always on time, great. Short story plane take off at 5 am and I arrived in Lombok at 8 am WITA.

At Lombok International Airport I was amazed to wait ines same Aji and Satria Lombok children who will pick me up. At around 9 am the Aji and Satria arrived at LIA, and the ines long also out of the airport, around 11 noon we arrived at Satria's house and prepare everything to climb Rinjani in tomorrow. But unfortunately, the Aji can not join this climb because again a short semester, really sorry can not go on vacation.

In the afternoon, I and Ines play around West Lombok for a while, just to Malimbu at Pantai Tiga Setangi, enjoy the sunset for the first time to Lombok.

Day 1, Ampenan - Sembalun - Climbing Mount Rinjani Pos 2


Around 8 am, all personnel who will climb Mount Rinjani come one by one. Our total group is 8 people where 2 people from outside Lombok is me and ines, then 6 people from Lombok is campus friend Satria. The personnel among others

1. Ines, my friend from junior high school whose hair is short, more handsome than me, hmmm
2. Satria son of Lombok who helped me last January
3. Fiqri friends campus the Satria, the Uztad that no songs on his hp, the sound uztad qira'at
4. Jepril is very similar to my friend Kudis, similar to his behavior but still remember God
5. Nauval the boss who works in NTT, whether it's Lombok or NTT, but he is a big boss! #Taliwang
6. Chan the boy from Padang who studied at Unram, Chan is not chandra or what, chan is indeed his       name.

7. and the youngest Iwan's nephew Chan who lives in Sumbawa Besar, whose work is as rich as me,       cigarettes continues at every opportunity

The five sumpret children are Fiqri, Jepril, Nauval, Chan, and Iwan are climbers who really want to climb the mountain, and their first mountain is this climb, Mount Rinjani .. We rented a pickup car from Ampenan to basecamp Sembalun PP 1 million, divided by eighth into 125rb pp. Exactly at half past 11 am we drove from Satria's house in Ampenan, to Sembalun!

Travel for 3 hours. finally we arrived at Sembalun. The atmosphere at that time at the National Park Hall of Mount Rinjani is very quiet, uh it turns out they have been up from the morning, and about 500 people climbers up that day. Before making the climb, we pray first at the nearest mosque and fill the stomach that has been very kick-nendang. After praying and eating, we headed to BTNGR for climbing registration. Simply pay 25ribu course for 5 days, because it is our plan want 5 days in Rinjani, precisely at 4 pm this climb begins!

Etape BTNGR - Pos 1 - Pos 2

From BTNGR, we are still escorted by pick up to tip of asphalt, pretty far on foot. Arriving at the end of the asphalt, we began to climb to the gate of climbing Sembalun. Actually still quite far from the end of the asphalt to the climbing gate, we walk casually. The sharp-loving bud arrived, there was a sand truck that we were willing to ride to near the gate of Sembalun climbing, just 30 minutes away by pick up, truck, and walking a little, we arrived at Sembalun climbing door.

From the climbing gate, we continue the journey on foot to the post 1. The journey from heading to post 1 is a hilly savanna with a steep up and down contour. When the weather is clear, we can see Rinjani clearly, but when it's cloudy, the benefits during the trip is not hot. The journey from the gate to the post 1 very far, especially if you guys from BTNGR on foot, guaranteed knees grip even though the track is steep. If I, Ines, and Satria focus on walking, unlike the five kids who work snapshots continue to work, heuuu, but if they ga photos, no photos for my blog * Thanks, Forward Narcissists! Long story short journey for 1 hour 40 minutes we arrived at post 1.

We stayed long enough in post 1 because the trip is quite far and tiring, the day is getting dark and we immediately set up headlamp, around the hour and a half of 7 we continue the journey to post 2. The journey to the post 2 or our first check point, under control. Night travel does not make us easily tired because we do not see the path. 30 minutes drive from post 1 we arrived at post 2 and directly diriin tent and continue the journey tomorrow. Unfortunately when we want to tent ourselves, rain down, where beruga (saung) in the 2nd post has been controlled by other climbers, so we drenched somewhat fitting tent ourselves. In post 2 there is a water source just under the bridge, but not feasible to drink directly because it smells a bit, preferably the water is used for cooking purposes only.

Day 2, Travel Post 2 - Hill of Regret - Plawangan Sembalun

Good morning! It's our first morning in Rinjani, the weather is very bright, even when out of the tent, Rinjani seemed to welcome us to come. The condition of post 2 is very open, so if the hot weather is really hot, if cold is okay, but not so cold because it is still under 2000 mdpl, so kind of Bogor Peak is cold. While making breakfast instant porridge, then there is a celebration business, around 9 am we continue the journey to Plawangan Sembalun. Today's journey is the heaviest journey along Mount Rinjani because we will pass a hill that he said to make us upset erratic, ehmmm.

Etape pos 2 - pos 3

The journey from post 2 to post 3 has started quite heavy, incline and a little bonus. Actually that make heavy because we can see the path from post 2 to post 3, it feels close to the eye but far on the knee, plus the weather when it's very hot, the more tired. Before arriving at post 3, we will meet the same name 3 extra post, so do not be happy because it is still about 10 minutes from the post 3 extra with a path that has climbed. Exactly at 10 am or 1 hour drive from post 2, we arrived at post 3. The camp area at post 3 is quite wide, but it is not as big as post 2, and in post 3 there is no water source. From post 3, we can see the hill which is said to make the knees same heart sometimes not in line, which he said ready climbers who climbed Rinjani via this hill would be upset, hmmm yap name 7 hills regret. Why his name is 7 hills of regret? Because we are going up the hill to 7 seeds! Yes, no lie, keep fit we gawk upwards, the impression is rich peak Plawangan Sembalun, but that's just the top of the hill only, so this path is also called the path of trickery ..

Stage post 3 - Seven Hills of Regret - Plawangan Sembalun

After resting for half an hour, we also prepare to continue the journey back to the second check point of Plawangan Sembalun. The journey from post 3 to Plawangan is very heavy, plus the weather at that time is often fickle, sometimes scorching heat, sometimes cool due to mist cover. But sure, if we pass this path fits hot, really torture! At that time the weather was foggy, so we did not see the hill above so there was no impression of PHP. The track? A little bonus. Bonus yes if we arrive at every hilltop, after that go on guys.

After a 1 hour 30 minute journey, we arrived at the extra post in the middle of the hill of regret. People say, if we are already in this extra post, the sign is near from Plawangan Sembalun. Yeah close, but the climb is not fair! But the advantage, the path from the post extra to plawangan this tend to be shady because on my left I see a lot of cypress trees, then here I also can only smile if there is a porter passing over me, they are really strong, just wearing sandals, and big bamboo to carry a weight of 20 kilograms, really great, very strong.

Oh yes I want a little story, so the five kids that snapshot, either because they are novice climber or what, as it passes through the hills of regret, they speeding the road kek kek R1, same rich ines also, girls but tigers! And for fun, they all say if the hills regret not make sorry, but make them happy. As for me and Satria the very back, already rich guys leech guys while eating the chocolate, the original foot of the craft!

Exactly at half hour 1 pm we continue the journey from extra post to plawangan sembalun. This trip is heavier than before, yes it's more cool, but the mazjos jago climb, almost as rich as the steep climb Prau bull but more steep again. Here I rest a lot, because the legs begin to cramp, satria too, just the same ines five children that snapshot is speeding steadily. Long story short, in the last hill that the path is very steep, and already seen the top Plawangan Sembalun, exactly at 14:45 or about 2 hours 15 minutes we (more precisely me and the nobleman for the back) finally arrived too! Cihuyyy!

At that time Plawangan condition rather quiet and also foggy. We went a little way to the camp area, near the water source. From Plawangan last way approximately 10 minutes with contours up and down. Arriving at the end of the lane, where the drain lane to the top and to the water source, we also immediately set up a tent. Oh yes it was said Satria, Rinjani is not usually quiet, but usually in Plawangan we want to go really aja really difficult because tents are everywhere. After the tent stood, cook lunch, photographs, around 6 pm we slept all because for preparation summit to Dewi Anjani early morning. Oh yes FYI aja, in Plawangan Sembalun there is a toilet, but the condition is very pathetic :(, plus a lot of land mines there, gatau again what to do :( .. mine do not make us sick, but make our way so lame :( (

Day 3, Plawangan Sembalun - Puncak Dewi Anjani - Segara Anak Lake

Telolettelolettelolet, exactly at half past 12 our alarm malware sounds, and preparation to the summit of Rinjani, the third highest peak in Indonesia. Before climbing, we make breakfast early for our energy, this is mandatory if you gamau exhausted when summit. We make spagetti just an instant but make full. Oh yes the noble did not go to the top because of ever, and he said the peak just once wrote, hmm okay dah akamsi mah free kek Zlatan. Exactly at 1.15 am, with bismillah we also make summit to the third peak in Indonesia!

The starting line from our tent was uphill, and just a few minutes down the road, the path that had been the ground turned into a pretty tired sand. Sand is often really slumped, but do not make the foot drown like Semeru. Long story short for 1 hour drive, we have arrived at Rinjani ridge (really cool) or if we call it Plawangan Sembalun above, because this is the peak of all Plawangan. From here varied tracks, sometimes flat, sometimes climb but not steep, just ga down, and the path was sand, but again do not make foot drown like Semeru. The five sumpret children initially uda kepedean will cepet to the top, because the peak of Rinjani is already visible really, but it has been a long way really not to the point, until in the end the path that tends to change to sandy rocky, steep climb, and pebbly, yap welcome to letter E ridge guys!

Yep, letter E ridge is the heaviest stage along the way to the top. The steep path is about 50-55 degrees, sandy, rocky, and gravel, making the road difficult, plus the cold wind is not hard to breath. But I admit, the path to the top of Rinjani is not as difficult as Semeru, because if Semeru, the sand is really loose right, but this is delicious. The tip is you step on the sand that has been stepped by other climbers let ga slump or fall. Oh yes the Letter E line is also narrow, right left of the abyss. If left the gorge straight to savana sembalun, right ravine directly to the mountain Anak Barujari. Here we have a lot of breaks, let alone the five new snatches ngedown in this path, the spirit of it! Their desire to get to the top before sunrise materialized, exactly at 6 am or a journey for 4 hours 45 minutes, we arrived at the top of Dewi Anjani, the third Peak in Indonesia! Rinjani peak condition is very narrow, and also crowded, we also have to queue for photos. But all our sacrifices are not just about photographs, but can enjoy God's grace above this third peak in Indonesia together.

The weather was really bright, from the top, we can see clearly all of Lombok, even Gili Trawangan located far from Rinjani looks very clear, then a row of exotic hills in Sembalun, Gunung Agung in Bali, and also Mount Tambora in Sumbawa is clearly visible. Once satisfied the photographs at the top and enjoy the beauty of the universe, exactly at half past eight in the morning we went back down. The trip down from the top was quite steep, let alone see the letter E from the top, still ga guess me and my friends can get through the track. Oh yes down from the top is also quite good, rich in skis like in Semeru, but if here we are easy jatoh because there are still many big rocks attached to the sand. Oh yes we are also a lot of narcissists during the lane, let alone see the original Barujari really cool from above. In short we arrive again in the tent at half an hour or half an hour or 3 hours down, it's the photographs that are over time.

15 Tourist Places in Bali that Must Be Visited


Located to the east of Java Island, Bali is Indonesia's premier tourism attraction that is well known around the world. Besides famous for its natural beauty, especially the beach, Bali is also famous for its unique and interesting arts and culture.


tour of bali island

Bali as a complete tourist destination and integrated has a lot of interesting sights, what are the attractions in Bali that must be visited?

1. Kuta Beach
Kuta Beach is Bali's most famous and most visited tourist destination because of its close proximity to the airport, its beautiful beaches, low cost, and its waves suitable for beginner surfers. Kuta Beach is also famous for its beautiful sunset sunset. The unique fact of Kuta Beach is before Kuta Beach becomes a tourist destination in Bali that must be visited as it is today, Kuta Beach is a big port, trade center in Bali. With its white sand and blue sea, equipped with very complete supporting facilities, Kuta Beach is the prima donna of Bali tourism.

2. Tanah Lot Temple
Pura Tanah Lot is one of the tourist attractions in Bali that is famous for its beauty, especially at sunset. Tanah Lot Temple consisting of 2 temples is a temple to worship the god of the sea. The uniqueness of Pura Tanah Lot is the temple is located on a large rock on the edge of the sea. At the time of sea tide, you can not get closer to Pura Tanah Lot because around the rocks of Pura Tanah Lot buffer will be flooded by sea water. At low tide you can see some tame sea snakes which according to locals are keepers of Pura Tanah Lot. In addition, in this location you can also hold a sacred serpent that is benign and harmless.

3. Padang Padang Beach
Padang Padang Beach is probably less famous than Kuta Beach, but Padang Padang Beach is a very beautiful and unique beach. By the time I first came to Padang Padang Beach I also thought that this beach is an unattractive beach because it is less well known, but I was wrong. Padang Padang Beach is a small beach hidden behind a cliff in the area of Pecatu, near Uluwatu. To reach Padang Padang Beach, you have to pass a ladder that divides the cliff. Padang Padang Beach is not big and wide, but very beautiful and interesting to visit. Most visitors of Padang Padang Beach are foreign tourists because Padang Padang Beach is less well known among the tourists in the country.

4. Beratan Lake Bedugul
Beratan Lake Bedugul is a lake located in a mountainous area with a beautiful natural atmosphere. The uniqueness of Lake Beratan Bedugul is the existence of a temple called Pura Ulun Danu. Ulun Danu temple is located on the edge of Lake Beratan Bedugul and is one of the main attractions of Lake Beratan Bedugul. In addition, tourists can also enjoy water games and rent a boat at Lake Beratan Bedugul.

5. Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Garuda Wisnu Kencana or commonly abbreviated GWK is a cultural tourism park located in South Bali. Garuda Wisnu Kencana is a huge sculpture by I Nyoman Nuarta. Currently, the statue of Garuda Wisnu Kencana has not been fully completed, only part of it has been completed, but you can still enjoy the splendor of Garuda Wisnu Kencana. In addition to the statue, you can also see the beauty of limestone hills are cut into large lime beams. These limestone beams will be filled with sculptures. In addition to the Garuda Wisnu Kencana area there is also an art theater, you can enjoy various types of dance and artistry of Bali in this theater every day.

6. Lovina Beach
Lovina Beach may not be too often heard among tourists. Lovina Beach is one of the most favorite places in Bali that I like most because in Lovina Beach we can see the dolphins swimming and jumping in their natural habitat. Located in North Bali close to Singaraja City, you will go to the sea and see dolphins by using fishing boats. Lovina Beach Dolphins play by the beach in the morning, therefore tourists usually depart from the beach starting at 6 am.

7. Besakih Temple
Pura Besakih is a temple located at the foot of Mount Agung, and is the largest temple in Bali. In Pura Besakih often held a Hindu religious event because Pura Besakih is believed to be a holy place and is the mother of all temples in Bali. Pura Besakih built with the concept of God, human, and nature balance or often referred to as Tri Hita Karana. To enter the Pura Besakih area, you must use a sarong that can be borrowed around the location of Pura Besakih.

8. Uluwatu Temple
Pura Uluwatu is one of the tourist attractions in Bali which is above a cliff that juts into the sea. Uluwatu Temple not only offers a distinctive Balinese religious atmosphere, but also offers the beauty of its panorama, especially the beauty of its already well-known sunset. In Pura Uluwatu you will encounter a number of monkeys that are believed to function to maintain the sanctity of Uluwatu Temple. To enter Uluwatu Temple area, you must use sarong and scarf which is a symbol of respect to the holiness of Pura Uluwatu.

9. Jimbaran Beach
Jimbaran Beach is one of the most famous tourist attractions in Bali. By the time you come to Jimbaran Beach, the first thing you will see is a row of dining tables and chairs on beautiful white sand. Jimbaran Beach is famous for its beachside culinary, especially its seafood. Jimbaran Beach for those of you who want to travel to the beach while enjoying the culinary tour of Bali. No need to worry about eating at Jimbaran Beach because the waves at Jimbaran Beach are very calm, do not harm you who are eating on the beach.

10. Monkey Forest
Monkey Forest is a tourist spot in Bali that will bring you to blend with nature. Located in Ubud, Bali, Monkey Forest is a forest inhabited by many wild apes. These monkeys are considered sacred by the local people so they should not be disturbed and allowed to live in the forest. Monkeys in Monkey Forest love food, they will try to get the food you bring, even if the food is in your bag. In this place you will witness the life of hundreds of unique and interesting monkeys.

11. Tanjung Benoa
Tanjung Benoa, which borders Nusa Dua, Bali is the center of water sports and games in Bali. The characteristics of Tanjung Benoa Beach are very calm, so it is suitable for various types of water games are fun. The types of water games you can play here are snorkel, sea walker, banana boat, parasailing, wakeboard, waterski, jetski, scuba diving, donut boat, flying fish, and others. In addition you can also go see the giant sea turtle on the island of turtles by boat from Tanjung Benoa.

12. Lake Batur Kintamani
Lake Batur Kintamani is one of Bali's natural charms. Located on Bali's 2nd highest mountain, Lake Batur Kintamani has a cool air and a breathtaking view. Lake Batur Kintamani is the largest lake in Bali that many tourists visit because it offers a view that is second to none in Bali.

13. Kecak Uluwatu Dance
Kecak Dance is the most famous and most interesting Balinese dance to see. Of the many places that show the attraction of kecak, I think the most interesting is the Kecak Uluwatu Dance in Uluwatu Temple. Kecak Uluwatu Dance performs Balinese kecak dance with a backdrop of sunset in Uluwatu which is very beautiful. Kecak Uluwatu Dance is very popular and crowded therefore if you want to watch Kecak Uluwatu Dance performance, I suggest to message from afar day.

14. Rafting River Telaga Waja
River Rafting Telaga Waja is perfect for those of you who like exciting and challenging activities. Telaga Waja River has clear and clean water and challenging rapids. At the end of the rafting you will jump over a water gate, very exciting. After enjoying Telaga Waja River Rafting, you will get the bonus of trekking up the mountain, therefore prepare yourself and rest enough because Rafting River Telaga Waja will drain your energy.

15. Rafting Ayung River
Rafting Ayung River has different characteristics with River Rafting Telaga Waja. If River Rafting Telaga Waja offers a challenge, then Rafting Ayung River offers beauty. Panorama along the Ayung River is very beautiful, coupled with sculptures on river cliffs, and green trees around the river complement the beauty of Rafting Ayung River.

Here are the popular tourist attractions that you must visit while on the island of Bali. There are still many other attractions that are not less interesting than the 15 popular tours above. Happy Holidays to Bali Island, Indonesia.