Pukul 07:00 Wib, kami berkumpul di rumah teman kami. Kami
mempersiapkan segala kebutuhan untuk pendakian. Kami mengemas peralatan,
konsumsi, dan kebutuhan lainnya. Kami akan melakukan Pendakian Gunung Merapi
via Selo. Setelah selesai packing, kami berdiskusi mengenai rute perjalanan
yang akan kami lewati agar sampai di Base Camp dengan rute tercepat dan
terpendek. Akhirnya hasil diskusi memutuskan bahwa salah satu teman kami bagian
buka jalan. Maklumlah, kami berangkat dari Kabupaten Purworejo, sehingga rute
perjalanannya cukup rumit, karena belum paham banget, hehe.
Pukul 08:00 Wib kami memulai perjalanan dengan anggota 7 orang mengendarai 5 motor.
Kami memulai perjalanan dengan jalan beriringan dengan kecepatan 60 km/jam.
Dari Purworejo kami menuju ke Jalan Raya Magelang, terus berjalan hingga
akhirnya bertemu pertigaan, kami mengambil ke arah Borobudur. Jalan terus
menyusuri jalan yang sedikit menanjak, dan kami masuk ke Jalan Raya Magelang –Boyolali.
Tak lama kami menemukan pertigaan , kami ambil kekiri ke arah Selo, Boyolali.
Kami berjalan terus hingga menemukan plang dengan tulisan Wisata New Selo
Gunung Merapi. Kami mengambil arah kanan dan sampailah di Basecamp Selo.
Dalam perjalanan menuju basecamp |
Mulai Pendakian
Pukul 11:30 Wib, semua sudah beres, kami memutuskan untuk
melakukan perjalanan. Kami menapaki jalan beraspal menuju ke tempat wisata New
Selo. Kami berjalan santai sambil menikmati sejuknya udara pegunungan dengan
kabut yang sesekali datang. Saya mencoba memompa tenaga agar pemanasan awal
berjalan sempurna, dengan detak jantung yang belum teratur. Perlahan tapi pasti
akhirnya saya menemukan irama detak jantung yang lama kelamaan menjadi stabil.
Kami yang sudah lama tidak mendaki gunung merasakan efek yang luar biasa saat
melakukan start pendakian seperti ini.
Sampailah kami di tempat Wisata New Selo, dengan nafas
ter-engah-engah kami meletakkan tas gunung, menyetabilkan nafas dan menuju ke
tukang siomay (cilok). Sebelum masuk ke hutan yang tidak dijumpai lagi
pedagang, kami makan enak dulu. Sebungkus siomay dan segelas es the cukuplah
menghapus lelah perjalanan dari basecamp ke New Selo yang ditempuh dengn waktu 30 menit. Setelah
siomay habis kami menuju ke sumber air untuk mengambil air wudhu. Kami
berencana menunaikan sholat dhuhur, tetapi tidak ada mushola di New Selo. Kami
hanya mengambil air wudhu dan memutuskan melanjutkan peralanan, mencari tempat
strategis untuk sholat.
Belum lama kami berjalan, kami melihat ada warung di pinggir
track yang kosong tidak ada penjual, libur kalik ya. Kami memanfaatkannya untuk
menunaikan sholat dhuhur plus jamak dengan ashar. Dengan beralaskan matras kami
sholat bergantian hingga semua anggota sholat semua.
Kami melanjutkan perjalanan lagi dengan target gerbang batas
hutan. Secara estimasi dari basecamp menuju gerbang hutan ditempuh dengan waktu
2 jam. Ga lama lagi kami akan sampai di gerbang hutan. Kami melanjutkan
perjalanan dengan menapaki jalan setapak. Tidak lama kemudian, setapaknya
berganti tanah liat. Untungnya musim kering, jadi tanahnya keras, kalau musim
hujan pasti becek terus mleset-mleset.
Lanjut ke perjalanan, akhirnya kami sampai di Gerbang Hutan dengan total
waktu 2 jam. Maklumlah pendaki amatir, jadi jalannya selow alias santai. Kami
tidak beristirahat disini, kami terus melanjutkan perjalanan dengan pelan tapi
pasti. Kami memakai sistem 10 menit jalan semenit break,haha jadi perjalanan agak santai alias
santai banget.
Jalan semakin terjal dan kami terpisah menjadi 2 rombongan
karena ada pertigaan. 4 orang yang jalan duluan mengambil jalan kiri, 3 orang
mengambil jalan kanan. Sempet panik sih, takutnya salah jalan. Tapi
alhamdulillah ketemu juga. Yang jalan kiri memang betul jalan pendaki, kalau
yang kanan jalan orang nyari rumput kalik ya ? , soalnya nerobos rumput
tinggi-tinggi banget, susah pokoknya.
Kami terus berjalan menapaki jalan yang semakin menanjak dengan permukaan tanah kering dengan sedikit debu. Banyak pohon besar yang tumbang dan menutupi jalur pendakian, ini menjadi tantangan tersendiri buat pendaki pemula yang mulai kerepotan saat harus naik turun, merayap, dan menunduk menghindari rintangan. Sesekali kabut yang menutupi puncak merapi menghilang, kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa.
Satu jam perjalanan, kami sampai di Pos 1. Kami memutuskan
untuk istirahat sejenak sekitar 10 menit. Untuk menambah semangat, di keluarkan
makanan ringan dari tas, sembari ngemil kami becanda menghilangkan lelah
perjalanan. Perlu diperhatikan dalam pendakian kita ga boleh mengeluh karena
ini pantangan buat pendaki. Kita harus berjiwa kesatria dengan menyemangati
diri sendiri bahwa kita kuat dan kita mampu atas izin Allah SWT.
Pendakian dilanjutkan dengan target Pos 2. Secara estimasi
perjalanan membutuhkan waktu 1 jam perjalanan. Namun karena kami amatir, kami
memperlambat langkah kaki agar tidak terlalu memaksakan tenaga. Karena track
semakin menanjak, kami memakai sistem 5 menit jalan break 1 menit. Pemandangan
indah pun menghiasa perjalanan menuju ke pos 2. Sambil berjalan kami
mengabadikan momen ini dengan sedikit cepretan kamera.
Setelah 1,5 jam perjalanan, kami sampai di Pos 2. Kami mulai
kelelahan dan kami memutuskan untuk istirahat 15 menit. Saya ambil apel dari
tas dan saya bagikan ke semua teman. Dengan harapan stamina bertambah walau sedikit.
Akhirnya stamina sedikit bertambah dan kami melanjutkan perjalanan. Tempo
perjalanan kami kurangi lagi agar tenaga tidak terporsir. Semangat masih
menggebu, tetapi fisik tidak bisa di bohongi. Skema 5 menit jalan, break 1
menit masih di pakai dan perjalanan masih lancar tanpa halangan. Matahari mulai
menjorok ke barat menghasilkan pemandangan indah menjelang sunset. Kami asyik
mengabadikan momen tersebut baik dengan jepretan dan rekaman video.
Keasyikan berfoto, kami lupa kalau sebentar lagi matahari
terbenam, sedangkan kami masih jauh dari Pos 3. Kami mencoba fokus kembali ke
perjalanan, dengan target pukul 18:00 Wib sampai di Pos 3 dan langsung buka
tenda. Pengalaman kami di pendakian gunung sebelumnya, jika sudah memasuki
waktu maghrib, cuaca ekstrem terjadi, perubahan suhu sangat cepat. Udara akan
sangat dingin, apalagi jika dibarengi kabut turun. Namun karena pemandangan
sunset kali ini sangat indah banget, kami terlupa dengan cuaca yang akan
berubah menjadi dingin.
Dan matahari pun terbenam, kami masih berada di trek
perjalanan yang terjal, dengan kemiringan 60 derajat. Suara adzan terdengar
pertanda masuk waktu maghrib, kami mulai mempercepat langkah kaki, dengan
harapan kami menemukan tempat rata untuk berdirinya tenda. Kabut tipis mulai
turun, membuat udara semakin dingin. Tak lama kemudian kami menemukan lokasi
yang rata, kami memutuskan untuk berhenti, menjalankan Sholat Maghrib. Kami
membuka matras, mencari batu untuk tayamum, dan kemudian sholat bergantian.
Selama istirahat ini kami merasakan dinginnya udara lereng
Gunung Merapi. Saya menyarankan kepada temen-teman untuk memakai jaket, sarung
tangan, sepatu dengan kaos kaki, terus penutup kepala yang menutupi telinga.
Karena untuk menangkal dingin kita harus menjaga suhu telapak tangan, telapak
kaki, dan daun telinga. Jika daerah tersebut sudah tertutup, suhu tubuh tidak
cepat kedinginan. Selain itu kami juga membuka tas logistik dan tas peralatan,
mengeluarkan kompor dan merebus air untuk menghangatkan badan. Karena dingin
terus menyerang kami memakan makanan yang ada agar mulut bergerak, tentunya
lambung juga bekerja agar terjadi pembakaran dalam tubuh. Setelah sholat
selesai dan stamina fit kembali, kami melanjutkan perjalanan.
Tempat camping |
Target kami Pos 3, tetapi jika menemukan tempat yang
strategis untuk berdirinya tenda, kami berhenti. Akhirnya 20 menit berjalan,
kami menemukan lokasi yang rata, tetapi lokasinya sangat terbuka dan kami
memutuskan untuk berjalan lagi. Tak lama kemudian, kami menemukan lokasi yang
strategis, di sebelah timur ada batu dan disebelah selatan masih ada pohon
tinggi. Dengan kondisi ini kemungkinan hembusan angin sangat tipis. Kami
sepakat bermalam disini, karena kondisi fisik yang mulai lemah dan suhu yang
sangat dingin.
Kami bergegas membongkar tas carriel, mengeluarkan tenda.
Tenda dengan kapasitas 4 orang kami dirikan terlebih dahulu, karena ukuran
tenda yang kecil dan waktu mendirikannya cepat. Hal ini dilakukan untuk
antisipasi jika ada yang kedinginan, dan dikhususkan buat dapur,yah buat nyeduh
air angetlah. Karena beberapa tim kami sudah ahli masalah mendirikan tenda, 10
menit kelar deh tenda. Semua logistik, dan peralatan segera di bongkar dan di
masukkan ke tenda tersebut. Karena saya yang dipercaya untuk masak, akhirnya
saya masuk tenda dan menghidupkan satu kompor untuk masak air. Saya masak, 1
temen saya masih bongkar tas, dan yang 5 orang mendirikan tenda yang satunya,
dengan kapasitas 6 orang.
Alhamdulillah tidak terjadi badai atau gerimis kecil,
sehingga proses mendirikan tenda berjalan lancar sesuai harapan semua pendaki.
Ya, walaupun udara kali ini cukup dingin dan menusuk tulang. Air mendidih dan
saya tuang kebeberapa gelas dan dibagikan ke teman-teman. Dengan harapan bisa
menyetabilkan suhu badan dan proses mendirikan tenda kedua cepat terselesaikan.
Untuk tenda yang isi 6 ini agak ribet proses mendirikannya, karena kami juga
belum terbiasa, hehe. 30 menit berlalu dan tenda kedua selesai di bangun. Semua
mulai masuk ke tenda, dan menghangatkan badan masing-masing. Ada yang
kelelahan, kedinginan, laper, dsb. Kopi, susu jahe, teh, susu mulai diseduh
untuk menghangatkan badan, sama nipu lambunglah. Kompor kedua dihidupkan juga
difungsikan untuk merebus mie instan. Kenapa mie instan karena makanan ini
paling efisien saat kondisi dadakan. Sebetulnya kurang bagus sih buat
kesehatan, tapi mau ga mau ya hajarrrr, laper soalnya. Mie instan digunung tuh
enak banget, tauk. Apalagi di campur telor, dimakan pas anget, subhanallah
banget.
Karena kali ini logistik kami sangat melimpah, malam ini
kita bener-bener makan dan makan. Makanan ringan seperti wafer, bolu, kacang
kulit, keripik, oreo, dan snack lainnya bener-bener banyak banget. Setelah mie
instan mengganjal perut, kami mencoba makan roti bakar, di tambah dengan tempe
goreng dan sosis goreng. Sambil masak kami terus ketawa dengan candaan-candaan
gila ala anak muda. Awalnya bahas tentang trek pendakian, terus ngecengin yang
ga kuat, ngecengin yang sering berhenti, ngecengin perokok yang ngempos
nafasnya, eh akhirnya obrolannya nyasar ke janda juga. Aduh obrolan anak sekarang
ga jauh dari lawan jenis yah.
Keindahan pemandangan puncak merapi |
Akhirnya semua personil kenyang, dan alhamdulillah tidak ada
yang kedinginan. Peralatan masak-memasak di rapikan ke pojok. Kami mulai
mengeluarkan kantong kehangatan, memasang salonpas, koyok cabe, olesin balsem,
merapikan jaket, menarik kaos kaki, memakai sarung tangan, dan perlengkapan
lain untuk persiapan tidur. Ternyata Sleeping bag kurang satu, dan terpaksa
saya tidur hanya mengenakan jaket, nikmat sih bisa merasakan nikmatnya cuaca
dingin seperti ini, tapi dalam hati takut juga kalo kedinginan sampai
hipotermia. Namun saya percaya diri dan berdoa sebelum tidur. Saya menempelkan
koyo cabe di paha dan betis, punggung dengan harapan bisa menghangatkan tubuh
dan otot-otot yang kaku bisa normal lagi untuk summit attack besok pagi.
Akhirnya semua telah siap bermimpi indah, saya melihat jam menunjukkan pukul
21:00 Wib. Kami tidur dibagi dua yaitu ditenda isi 4 ada 3 orang dan yang 4
orang di tenda isi 6. Good Night yahhh….. sampai jumpa besok pagi…..
Summit Attack
Pukul 03:30 Wib saya terbangun, sedikit menggigil, jaket
tembus, luar biasa dinginnya malam ini, meskipun belum dingin maksimal, karena
suhu baru 15 derajat celcius. Saya mencari kompor dan menghidupkannya untuk
menghangatkan suhu dalam tenda. Kemudian merebus air, untuk menghangatkan
badan. Saya mencoba memutar musik untuk memecah kesunyian pagi itu. Teman saya
terbangun dan menanyakan “ ada air panas belum ?”. Saya membalas “ ada nih, mau
kopi apa susu jahe ?. “Susu jahe aja”, kata dia, eh yang lain nyaut juga, “kopi
dunk”. Haha ternyata mereka sudah bangun juga tapi mager. Begitu ada air panas
baru pada teriak, ada yang minta kopi, susu jahe dan air putih panas. Yah
maklumlah, kalo sudah di dalam kantong kehangatan, males mau gerak, apalagi
keluar tenda, uhhh dingin sekali. Tapi karena posisi tenda kita masih jauh
sampai ke puncak, mau tidak mau kami melawan rasa dingin ini. Dengan ganjalan
silverquen ditemani susu jahe cukuplah menghangatkan badan.
Background Gunung Merbabu |
Garis merah di ufuk timur mulai terlihat, pertanda sunrise
akan segera datang. Kami sedikit kecewa karena kabut sangat banyak, namun kami
terus berdoa agar kabut segera hilang dan keindahan puncak merapi nampak degan
jelas. Karena ini musim kemarau harapan
masih ada di benak kami, suasana sangat hening karena semua pendaki
kedinginan. Air pun akhirnya mendidih juga, setelah proses perebusan yang cukup
lama. Yak lumayanlah buat angetin badan.
Akhirnya perlahan
kabut hilir mudik dan terkiskis. Semua kabut pergi entah kemana, dan
pemandangan indah nampak jelas. Para pendaki mulai bersorak-sorai, menyambut
keindahan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Terdengar beberapa pendaki
mengucapkan kalimat syukur (Alhamdulillah), kalimat takbir (Allahu akbar),
Subhanallah, MasyaAllah, dan kalimat suci lainnya. Melihat keindahan sunrise
dan keindahan bukit-bukit adalah nikmat yang luar biasa. Kenikmatan ini terasa
begitu indah dan menjadikan kita lebih bersyukur kepada Tuhan YME.
Semangat membara |
Dengan kamera yang masih di tangan dan tongsis kami menuruni
Puncak Merapi. Kami terus berfoto dengan seribu macam gaya, mengabadikan setiap
keindahan dari berbagai sudut. Jongkok dikit cepret, tiduran cepret, berdiri
cepret, senyum cepret, semua gaya pokoknya ada di kamera. Maklumlah anak muda
zaman sekarang harus up to date, update
DP bisa 10 menit sekali, jadi stock foto harus banyak, biar kekinian cuy.
Perjalanan Turun
Satu jam berjalan, kami sampai di tenda. Kami saling
bantu-membantu mencoba masak nasi, masak sayur asam, goreng tempe, telor rebus,
masak mie instan. Setelah beberapa menit memasak, akhirnya masakan untuk makan
siang telah ready untuk di santap. Karena piring terbatas, kami bergantian
makan siangnya. Makan siang kali ini sangat istimewa dan menyenangkan,
disamping olahan masakannya yang enak, kami juga bener-bener lapar, ditambah
lagi dengan hembusan angin gunung di bawah pepohonan yang sangat sejuk, di
warnai dengan candaan yang membuat kami tertawa kecil.
Jarum jam menunjukkan pukul 11:00 Wib, kami mulai berkemas
membongkar tenda, membungkus sisa logistik, mengumpulkan sampah, dan merapikan
tempat camp. Dengan kerjasama tim yang bagus, kami saling membantu melakukan
packing, dan 15 menit kemudian packing telah selesai. Kami menepi ke tempat
yang teduh untuk mempersiapkan diri melakukan perjalanan turun. Perjalanan
turun sesuai estimasi di tempuh dengan waktu 3 jam.
Setelah semua siap, kami breafing sejenak melakukan sedikit
diskusi, kemudian di lanjutkan dengan doa bersama, disertai yel-yel
penyemangat. Pukul 12 siang tepat, kami memulai perjalanan turun. Dengan
berjalan beriringan kami menuruni bebatuan terjal dengan kerikil yang memaksa
kita untuk berhati-hati agar tidak terpeleset, atau terkilir. Saat perjalanan
turun seperti ini kaki harus dalam kondisi prima, karena tumpuan ada pada kaki,
kekuatan paha sangat dibutuhkan. Jangan terlalu memaksakan membawa beban yang
berat. Untuk itu beban kami bagi sesuai kemampuan sehingga tidak ada yang kelelahan
sebelum sampai basecamp.
Ada gadisnya lagi |
Alhamdulillah pukul 17:40 Wib, kami sampai dirumah dengan
selamat, tanpa ada halangan suatu apapun di dalam perjalanan. Saya pun
bersyukur, karena dengan Motor Supra X 100 cc ini saya bisa pergi dan pulang
dengan selamat tanpa ada kerusakan di motor tua ini. Perjalanan ini sangat
menyenangkan meskipun personil kami hanya 7 orang. Saya akan menyebutkan 7
orang tersebut, diantaranya : mansyur(saya), adi, triska, rockim, cahyo, hasan,
fatkur.
Kami melihat bahwa kepedulian manusia (pendaki) terhadap
alam (gunung) mulai berkurang, kami masih melihat sampah dimana-mana, melihat
coretan tinta di batu-batu besar, pembuatan api unggun yang merusak tanaman
sekitar, buang air kecil sembarangan, BAB sembarangan, memetik edelweis dan hal
buruk lainnya. Kami mewakili team Jejak Palapa sedikit berpesan kepada semua
insan di muka bumi ini khususnya pendaki, cintailah alam yang indah ini,
jagalah keindahannya, lestarikan ekosistem yang ada, rawatlah dengan penuh
keiklasan, agar kelak anak cucumu masih bisa menikmati keindahan alam ini.
Sekian perjalanan kami, harap maklum jika alur ceritanya
berantakan. Kami sangat mengharap kritik dan saran dari rekan-rekan untuk kemajuan artikel kami, dan kemajuan
blog ini. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya. Terima kasih.
No comments:
Post a Comment