Pendakian Gunung Merapi 2930 mdpl via Selo

Pukul 07:00 Wib, kami berkumpul di rumah teman kami. Kami mempersiapkan segala kebutuhan untuk pendakian. Kami mengemas peralatan, konsumsi, dan kebutuhan lainnya. Kami akan melakukan Pendakian Gunung Merapi via Selo. Setelah selesai packing, kami berdiskusi mengenai rute perjalanan yang akan kami lewati agar sampai di Base Camp dengan rute tercepat dan terpendek. Akhirnya hasil diskusi memutuskan bahwa salah satu teman kami bagian buka jalan. Maklumlah, kami berangkat dari Kabupaten Purworejo, sehingga rute perjalanannya cukup rumit, karena belum paham banget, hehe.


Keindahan Gunung Merapi


Perjalanan menuju basecamp selo

Pukul 08:00 Wib kami memulai perjalanan  dengan anggota 7 orang mengendarai 5 motor. Kami memulai perjalanan dengan jalan beriringan dengan kecepatan 60 km/jam. Dari Purworejo kami menuju ke Jalan Raya Magelang, terus berjalan hingga akhirnya bertemu pertigaan, kami mengambil ke arah Borobudur. Jalan terus menyusuri jalan yang sedikit menanjak, dan kami masuk ke Jalan Raya Magelang –Boyolali. Tak lama kami menemukan pertigaan , kami ambil kekiri ke arah Selo, Boyolali. Kami berjalan terus hingga menemukan plang dengan tulisan Wisata New Selo Gunung Merapi. Kami mengambil arah kanan dan sampailah di Basecamp Selo.

Dalam perjalanan menuju basecamp
Pukul 10:30 Wib kami sampai di Basecamp Selo, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dan melengkapi logistik yang belum seperti rokok, kopi, dan air minum. Yang belum makan juga dipersilahkan makan terlebih dahulu agar dalam perjalanan nanti semua berjalan tanpa hambatan. Basecamp Selo berada sebelum Taman Wisata New Selo yang mana membuat area basecamp rame karena lalu lalang wisatawan. Dengan kondisi ini harga jajanan disekitar basecamp cukup mahal dilihat dari sisi pendaki. Hal ini di bandingkan dengan harga jajanan disekitar basecamp gunung lain. Disaat yang lain sedang sibuk makan, saya mengurus simaksi alias izin pendakian. Untuk simaksi hari biasa 16.000 per orang, jika weekend tarif menjadi 20.000 per orang.

Mulai Pendakian

Pukul 11:30 Wib, semua sudah beres, kami memutuskan untuk melakukan perjalanan. Kami menapaki jalan beraspal menuju ke tempat wisata New Selo. Kami berjalan santai sambil menikmati sejuknya udara pegunungan dengan kabut yang sesekali datang. Saya mencoba memompa tenaga agar pemanasan awal berjalan sempurna, dengan detak jantung yang belum teratur. Perlahan tapi pasti akhirnya saya menemukan irama detak jantung yang lama kelamaan menjadi stabil. Kami yang sudah lama tidak mendaki gunung merasakan efek yang luar biasa saat melakukan start pendakian seperti ini.

Sampailah kami di tempat Wisata New Selo, dengan nafas ter-engah-engah kami meletakkan tas gunung, menyetabilkan nafas dan menuju ke tukang siomay (cilok). Sebelum masuk ke hutan yang tidak dijumpai lagi pedagang, kami makan enak dulu. Sebungkus siomay dan segelas es the cukuplah menghapus lelah perjalanan dari basecamp ke New Selo  yang ditempuh dengn waktu 30 menit. Setelah siomay habis kami menuju ke sumber air untuk mengambil air wudhu. Kami berencana menunaikan sholat dhuhur, tetapi tidak ada mushola di New Selo. Kami hanya mengambil air wudhu dan memutuskan melanjutkan peralanan, mencari tempat strategis untuk sholat.

Belum lama kami berjalan, kami melihat ada warung di pinggir track yang kosong tidak ada penjual, libur kalik ya. Kami memanfaatkannya untuk menunaikan sholat dhuhur plus jamak dengan ashar. Dengan beralaskan matras kami sholat bergantian hingga semua anggota sholat semua.

Kami melanjutkan perjalanan lagi dengan target gerbang batas hutan. Secara estimasi dari basecamp menuju gerbang hutan ditempuh dengan waktu 2 jam. Ga lama lagi kami akan sampai di gerbang hutan. Kami melanjutkan perjalanan dengan menapaki jalan setapak. Tidak lama kemudian, setapaknya berganti tanah liat. Untungnya musim kering, jadi tanahnya keras, kalau musim hujan pasti becek terus mleset-mleset.  Lanjut ke perjalanan, akhirnya kami sampai di Gerbang Hutan dengan total waktu 2 jam. Maklumlah pendaki amatir, jadi jalannya selow alias santai. Kami tidak beristirahat disini, kami terus melanjutkan perjalanan dengan pelan tapi pasti. Kami memakai sistem 10 menit jalan semenit  break,haha jadi perjalanan agak santai alias santai banget.

Jalan semakin terjal dan kami terpisah menjadi 2 rombongan karena ada pertigaan. 4 orang yang jalan duluan mengambil jalan kiri, 3 orang mengambil jalan kanan. Sempet panik sih, takutnya salah jalan. Tapi alhamdulillah ketemu juga. Yang jalan kiri memang betul jalan pendaki, kalau yang kanan jalan orang nyari rumput kalik ya ? , soalnya nerobos rumput tinggi-tinggi banget, susah pokoknya.

Kami terus berjalan menapaki jalan yang semakin menanjak dengan permukaan tanah kering dengan sedikit debu. Banyak pohon besar yang tumbang dan menutupi jalur pendakian, ini menjadi tantangan tersendiri buat pendaki pemula yang mulai kerepotan saat harus naik turun, merayap, dan menunduk menghindari rintangan. Sesekali kabut yang menutupi puncak merapi menghilang, kami disuguhkan pemandangan yang luar biasa.

Satu jam perjalanan, kami sampai di Pos 1. Kami memutuskan untuk istirahat sejenak sekitar 10 menit. Untuk menambah semangat, di keluarkan makanan ringan dari tas, sembari ngemil kami becanda menghilangkan lelah perjalanan. Perlu diperhatikan dalam pendakian kita ga boleh mengeluh karena ini pantangan buat pendaki. Kita harus berjiwa kesatria dengan menyemangati diri sendiri bahwa kita kuat dan kita mampu atas izin Allah SWT.

Pendakian dilanjutkan dengan target Pos 2. Secara estimasi perjalanan membutuhkan waktu 1 jam perjalanan. Namun karena kami amatir, kami memperlambat langkah kaki agar tidak terlalu memaksakan tenaga. Karena track semakin menanjak, kami memakai sistem 5 menit jalan break 1 menit. Pemandangan indah pun menghiasa perjalanan menuju ke pos 2. Sambil berjalan kami mengabadikan momen ini dengan sedikit cepretan kamera.

Setelah 1,5 jam perjalanan, kami sampai di Pos 2. Kami mulai kelelahan dan kami memutuskan untuk istirahat 15 menit. Saya ambil apel dari tas dan saya bagikan ke semua teman. Dengan harapan stamina bertambah walau sedikit. Akhirnya stamina sedikit bertambah dan kami melanjutkan perjalanan. Tempo perjalanan kami kurangi lagi agar tenaga tidak terporsir. Semangat masih menggebu, tetapi fisik tidak bisa di bohongi. Skema 5 menit jalan, break 1 menit masih di pakai dan perjalanan masih lancar tanpa halangan. Matahari mulai menjorok ke barat menghasilkan pemandangan indah menjelang sunset. Kami asyik mengabadikan momen tersebut baik dengan jepretan dan rekaman video.

Keasyikan berfoto, kami lupa kalau sebentar lagi matahari terbenam, sedangkan kami masih jauh dari Pos 3. Kami mencoba fokus kembali ke perjalanan, dengan target pukul 18:00 Wib sampai di Pos 3 dan langsung buka tenda. Pengalaman kami di pendakian gunung sebelumnya, jika sudah memasuki waktu maghrib, cuaca ekstrem terjadi, perubahan suhu sangat cepat. Udara akan sangat dingin, apalagi jika dibarengi kabut turun. Namun karena pemandangan sunset kali ini sangat indah banget, kami terlupa dengan cuaca yang akan berubah menjadi dingin.
Dan matahari pun terbenam, kami masih berada di trek perjalanan yang terjal, dengan kemiringan 60 derajat. Suara adzan terdengar pertanda masuk waktu maghrib, kami mulai mempercepat langkah kaki, dengan harapan kami menemukan tempat rata untuk berdirinya tenda. Kabut tipis mulai turun, membuat udara semakin dingin. Tak lama kemudian kami menemukan lokasi yang rata, kami memutuskan untuk berhenti, menjalankan Sholat Maghrib. Kami membuka matras, mencari batu untuk tayamum, dan kemudian sholat bergantian.


Tempat camping
Selama istirahat ini kami merasakan dinginnya udara lereng Gunung Merapi. Saya menyarankan kepada temen-teman untuk memakai jaket, sarung tangan, sepatu dengan kaos kaki, terus penutup kepala yang menutupi telinga. Karena untuk menangkal dingin kita harus menjaga suhu telapak tangan, telapak kaki, dan daun telinga. Jika daerah tersebut sudah tertutup, suhu tubuh tidak cepat kedinginan. Selain itu kami juga membuka tas logistik dan tas peralatan, mengeluarkan kompor dan merebus air untuk menghangatkan badan. Karena dingin terus menyerang kami memakan makanan yang ada agar mulut bergerak, tentunya lambung juga bekerja agar terjadi pembakaran dalam tubuh. Setelah sholat selesai dan stamina fit kembali, kami melanjutkan perjalanan.



Target kami Pos 3, tetapi jika menemukan tempat yang strategis untuk berdirinya tenda, kami berhenti. Akhirnya 20 menit berjalan, kami menemukan lokasi yang rata, tetapi lokasinya sangat terbuka dan kami memutuskan untuk berjalan lagi. Tak lama kemudian, kami menemukan lokasi yang strategis, di sebelah timur ada batu dan disebelah selatan masih ada pohon tinggi. Dengan kondisi ini kemungkinan hembusan angin sangat tipis. Kami sepakat bermalam disini, karena kondisi fisik yang mulai lemah dan suhu yang sangat dingin.

Kami bergegas membongkar tas carriel, mengeluarkan tenda. Tenda dengan kapasitas 4 orang kami dirikan terlebih dahulu, karena ukuran tenda yang kecil dan waktu mendirikannya cepat. Hal ini dilakukan untuk antisipasi jika ada yang kedinginan, dan dikhususkan buat dapur,yah buat nyeduh air angetlah. Karena beberapa tim kami sudah ahli masalah mendirikan tenda, 10 menit kelar deh tenda. Semua logistik, dan peralatan segera di bongkar dan di masukkan ke tenda tersebut. Karena saya yang dipercaya untuk masak, akhirnya saya masuk tenda dan menghidupkan satu kompor untuk masak air. Saya masak, 1 temen saya masih bongkar tas, dan yang 5 orang mendirikan tenda yang satunya, dengan kapasitas 6 orang.

Alhamdulillah tidak terjadi badai atau gerimis kecil, sehingga proses mendirikan tenda berjalan lancar sesuai harapan semua pendaki. Ya, walaupun udara kali ini cukup dingin dan menusuk tulang. Air mendidih dan saya tuang kebeberapa gelas dan dibagikan ke teman-teman. Dengan harapan bisa menyetabilkan suhu badan dan proses mendirikan tenda kedua cepat terselesaikan. Untuk tenda yang isi 6 ini agak ribet proses mendirikannya, karena kami juga belum terbiasa, hehe. 30 menit berlalu dan tenda kedua selesai di bangun. Semua mulai masuk ke tenda, dan menghangatkan badan masing-masing. Ada yang kelelahan, kedinginan, laper, dsb. Kopi, susu jahe, teh, susu mulai diseduh untuk menghangatkan badan, sama nipu lambunglah. Kompor kedua dihidupkan juga difungsikan untuk merebus mie instan. Kenapa mie instan karena makanan ini paling efisien saat kondisi dadakan. Sebetulnya kurang bagus sih buat kesehatan, tapi mau ga mau ya hajarrrr, laper soalnya. Mie instan digunung tuh enak banget, tauk. Apalagi di campur telor, dimakan pas anget, subhanallah banget.


Keindahan pemandangan puncak merapi
Karena kali ini logistik kami sangat melimpah, malam ini kita bener-bener makan dan makan. Makanan ringan seperti wafer, bolu, kacang kulit, keripik, oreo, dan snack lainnya bener-bener banyak banget. Setelah mie instan mengganjal perut, kami mencoba makan roti bakar, di tambah dengan tempe goreng dan sosis goreng. Sambil masak kami terus ketawa dengan candaan-candaan gila ala anak muda. Awalnya bahas tentang trek pendakian, terus ngecengin yang ga kuat, ngecengin yang sering berhenti, ngecengin perokok yang ngempos nafasnya, eh akhirnya obrolannya nyasar ke janda juga. Aduh obrolan anak sekarang ga jauh dari lawan jenis yah.

Akhirnya semua personil kenyang, dan alhamdulillah tidak ada yang kedinginan. Peralatan masak-memasak di rapikan ke pojok. Kami mulai mengeluarkan kantong kehangatan, memasang salonpas, koyok cabe, olesin balsem, merapikan jaket, menarik kaos kaki, memakai sarung tangan, dan perlengkapan lain untuk persiapan tidur. Ternyata Sleeping bag kurang satu, dan terpaksa saya tidur hanya mengenakan jaket, nikmat sih bisa merasakan nikmatnya cuaca dingin seperti ini, tapi dalam hati takut juga kalo kedinginan sampai hipotermia. Namun saya percaya diri dan berdoa sebelum tidur. Saya menempelkan koyo cabe di paha dan betis, punggung dengan harapan bisa menghangatkan tubuh dan otot-otot yang kaku bisa normal lagi untuk summit attack besok pagi. Akhirnya semua telah siap bermimpi indah, saya melihat jam menunjukkan pukul 21:00 Wib. Kami tidur dibagi dua yaitu ditenda isi 4 ada 3 orang dan yang 4 orang di tenda isi 6. Good Night yahhh….. sampai jumpa besok pagi…..

Summit Attack

Pukul 03:30 Wib saya terbangun, sedikit menggigil, jaket tembus, luar biasa dinginnya malam ini, meskipun belum dingin maksimal, karena suhu baru 15 derajat celcius. Saya mencari kompor dan menghidupkannya untuk menghangatkan suhu dalam tenda. Kemudian merebus air, untuk menghangatkan badan. Saya mencoba memutar musik untuk memecah kesunyian pagi itu. Teman saya terbangun dan menanyakan “ ada air panas belum ?”. Saya membalas “ ada nih, mau kopi apa susu jahe ?. “Susu jahe aja”, kata dia, eh yang lain nyaut juga, “kopi dunk”. Haha ternyata mereka sudah bangun juga tapi mager. Begitu ada air panas baru pada teriak, ada yang minta kopi, susu jahe dan air putih panas. Yah maklumlah, kalo sudah di dalam kantong kehangatan, males mau gerak, apalagi keluar tenda, uhhh dingin sekali. Tapi karena posisi tenda kita masih jauh sampai ke puncak, mau tidak mau kami melawan rasa dingin ini. Dengan ganjalan silverquen ditemani susu jahe cukuplah menghangatkan badan.

Background Gunung Merbabu
Kami bergegas untuk melakukan summit attack jam 4 nanti. Kami menyiapkan perlengkapan seperti senter, logistik, air, alat masak, tongsis, dan perlengkapan lain yang di butuhkan untuk perjalanan ke puncak. Kami kemas semuanya ke satu tas keril ukuran 60 liter. Semua peralatan sudah siap, kami mulai membuka pintu tenda. Waw ternyata kabut turun, sedikit gerimis. Hembusan udara dingin masuk ke tenda membuat 2 teman kami malas untuk melanjutkan perjalanan. Akhirnya kami berdiskusi, dan memutuskan 5 orang termasuk saya jalan terlebih dahulu, dan yang 2 orang akan menyusul. Dengan senter di kepala kami berdoa bersama sebelum summit kepuncak, dengan semangat membara kami memulai perjalanan. Jalan tertutup kabut, jarak pandang sekitar 5 meter. Kami mencari jalan dengan hati-hati, karena disisi kami ada jurang yang sangat dalam. Perlahan tapi pasti, selangkah demi selangkah, kami terus berjalan melawan dinginnya udara pagi. Sesekali kami terhenti dan beristirahat, karena kadar oksigen di udara menipis. Akhirnya kami sampai di Pos 3 atau sering di sebut Pasar Bubrah. Kami memutuskan untuk beristirahat di Pasar Bubrah dan menunaikan sholat subuh. Selesai sholat subuh kami merasakan kedinginan yang luar biasa. Kami terpaksa mengeluarkan kompor dan mencoba merebus air, namun karena angin berhembus kencang air tak kunjung mendidih.

Garis merah di ufuk timur mulai terlihat, pertanda sunrise akan segera datang. Kami sedikit kecewa karena kabut sangat banyak, namun kami terus berdoa agar kabut segera hilang dan keindahan puncak merapi nampak degan jelas. Karena ini musim kemarau harapan  masih ada di benak kami, suasana sangat hening karena semua pendaki kedinginan. Air pun akhirnya mendidih juga, setelah proses perebusan yang cukup lama. Yak lumayanlah buat angetin badan.

Akhirnya perlahan kabut hilir mudik dan terkiskis. Semua kabut pergi entah kemana, dan pemandangan indah nampak jelas. Para pendaki mulai bersorak-sorai, menyambut keindahan alam ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Terdengar beberapa pendaki mengucapkan kalimat syukur (Alhamdulillah), kalimat takbir (Allahu akbar), Subhanallah, MasyaAllah, dan kalimat suci lainnya. Melihat keindahan sunrise dan keindahan bukit-bukit adalah nikmat yang luar biasa. Kenikmatan ini terasa begitu indah dan menjadikan kita lebih bersyukur kepada Tuhan YME.

Semangat membara
Kamera-kamera jahat mulai dikeluarkan dari tas, jepret demi jepret mengabadikan berbagai momen, dan gaya para pendaki. Kami pun berpisah mencari tempat yang pas buat berfoto. Saya mengambil beberapa foto dengan background Puncak Merapi dan juga Gunung Merbabu yang berada tepat disebelah Gunung Merapi. Keasyikan berfoto membuat kami tak sadar akan waktu, dan waktu menunjukkan pukul 09:00 Wib. Kami memutuskan untuk turun menuju tenda, makan siang, berkemas, dan pulang.

Dengan kamera yang masih di tangan dan tongsis kami menuruni Puncak Merapi. Kami terus berfoto dengan seribu macam gaya, mengabadikan setiap keindahan dari berbagai sudut. Jongkok dikit cepret, tiduran cepret, berdiri cepret, senyum cepret, semua gaya pokoknya ada di kamera. Maklumlah anak muda zaman sekarang  harus up to date, update DP bisa 10 menit sekali, jadi stock foto harus banyak, biar kekinian cuy.

Perjalanan Turun

Satu jam berjalan, kami sampai di tenda. Kami saling bantu-membantu mencoba masak nasi, masak sayur asam, goreng tempe, telor rebus, masak mie instan. Setelah beberapa menit memasak, akhirnya masakan untuk makan siang telah ready untuk di santap. Karena piring terbatas, kami bergantian makan siangnya. Makan siang kali ini sangat istimewa dan menyenangkan, disamping olahan masakannya yang enak, kami juga bener-bener lapar, ditambah lagi dengan hembusan angin gunung di bawah pepohonan yang sangat sejuk, di warnai dengan candaan yang membuat kami tertawa kecil.

Jarum jam menunjukkan pukul 11:00 Wib, kami mulai berkemas membongkar tenda, membungkus sisa logistik, mengumpulkan sampah, dan merapikan tempat camp. Dengan kerjasama tim yang bagus, kami saling membantu melakukan packing, dan 15 menit kemudian packing telah selesai. Kami menepi ke tempat yang teduh untuk mempersiapkan diri melakukan perjalanan turun. Perjalanan turun sesuai estimasi di tempuh dengan waktu 3 jam.

Setelah semua siap, kami breafing sejenak melakukan sedikit diskusi, kemudian di lanjutkan dengan doa bersama, disertai yel-yel penyemangat. Pukul 12 siang tepat, kami memulai perjalanan turun. Dengan berjalan beriringan kami menuruni bebatuan terjal dengan kerikil yang memaksa kita untuk berhati-hati agar tidak terpeleset, atau terkilir. Saat perjalanan turun seperti ini kaki harus dalam kondisi prima, karena tumpuan ada pada kaki, kekuatan paha sangat dibutuhkan. Jangan terlalu memaksakan membawa beban yang berat. Untuk itu beban kami bagi sesuai kemampuan sehingga tidak ada yang kelelahan sebelum sampai basecamp.

Ada gadisnya lagi
Akhirya tepat sesuai prediksi kita sampai di basecamp pukul 15:00 Wib. Kami beristirahat sejenak, membersihkan diri, kemudian mencari jajanan untuk mengganjal perut. Ternyata ada kang cilok dibasecamp, kami pun mengganjal perut dengan cilok agar perjalanan pulang berjalan lancar tanpa kelaparan. Perut sudah terganjal, stamina masih oke, motor sudah di cek kesiapannya, kita bergegas pulang menuju rumah di daerah Purworejo Jawa Tengah. Kami memacu kendaraan dengan gas tipis-tipis karena jalan di sini berkelok dan jalannya masih sempit. Terus berjalan dengan kecepatan naik turun kami saling salip dan saling kejar hingga akhirnya setelah menempuh perjalanan 2,5 jam kami sampai di rumah masing-masing.

Alhamdulillah pukul 17:40 Wib, kami sampai dirumah dengan selamat, tanpa ada halangan suatu apapun di dalam perjalanan. Saya pun bersyukur, karena dengan Motor Supra X 100 cc ini saya bisa pergi dan pulang dengan selamat tanpa ada kerusakan di motor tua ini. Perjalanan ini sangat menyenangkan meskipun personil kami hanya 7 orang. Saya akan menyebutkan 7 orang tersebut, diantaranya : mansyur(saya), adi, triska, rockim, cahyo, hasan, fatkur.

Kami melihat bahwa kepedulian manusia (pendaki) terhadap alam (gunung) mulai berkurang, kami masih melihat sampah dimana-mana, melihat coretan tinta di batu-batu besar, pembuatan api unggun yang merusak tanaman sekitar, buang air kecil sembarangan, BAB sembarangan, memetik edelweis dan hal buruk lainnya. Kami mewakili team Jejak Palapa sedikit berpesan kepada semua insan di muka bumi ini khususnya pendaki, cintailah alam yang indah ini, jagalah keindahannya, lestarikan ekosistem yang ada, rawatlah dengan penuh keiklasan, agar kelak anak cucumu masih bisa menikmati keindahan alam ini.

Sekian perjalanan kami, harap maklum jika alur ceritanya berantakan. Kami sangat mengharap kritik dan saran dari rekan-rekan  untuk kemajuan artikel kami, dan kemajuan blog ini. Sampai jumpa di perjalanan berikutnya. Terima kasih.

No comments: