Pendakian Gunung Ciremai 3078 mdpl via Palutungan

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap 17 Agustus kami selalu berada di Puncak Gunung. Dan ditahun ini kami memutuskan untuk mendaki Gunung Ciremai. Sebelum mendaki kami mencari informasi sebanyak mungkin dari mbah Google terkait pendakian Gunung Ciremai.

Sebelum kami menceritakan tentang pengalaman mendaki Gunung Ciremai,mari kita cari tahu dulu tentang Gunung Ciremai. Gunung Ciremai adalah Gunung berapi kerucut yang secara administratif berada pada dua kabupaten, yakni Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Gunung ini merupakan atap Jawa Barat alias gunung tertinggi di Jawa Barat.

Puncak Gunung Ciremai dapat kita capai melalui banyak jalur pendakian. Diantaranya :
1. Jalur Linggarjati Kab Kuningan
2. Jalur Palutungan Kab Kuningan
3. Jalur Apuy Kab Majalengka
4. Jalur Linggasana Kec Cilimus Kab Kuningan
Ini adalah 4 jalur populer yang sering dilewati oleh pendaki, dan jalur ini aman untuk pendaki-pendaki pemula, namun jika kita mau melakukan perbandingan Jalur Linggarjati adalah jalur paling favorit para pendaki, selanjutnya Jalur Palutungan adalah jalur paling pendek jaraknya. Jalur Apuy pemandangannya luar biasa. Untuk lebih jelasnya bisa tanya-tanya kepada kelompok pecinta alam "AKAR" (Anak Kuningan Alam Rimba) yang dapat membantu menyediakan berbagai informasi dan pemanduan mengenai pendakian Gunung Ceremai.


Dari informasi di atas kami yang berjumlah 3 orang memutuskan untuk mendaki melalui jalur Palutungan. Kami start dari Jakarta, tepatnya di Jakarta Timur kami menaiki Bus Lur Agung dari pintu tol Cakung sekitar pukul 18:00 wib. Tarif Bus Lur Agung adalah 70.000. Jalanan sedikit macet dan kami pun sampai di Taman Cirendang sekitar pukul 22:30 wib. Dari Taman Cirendang kami menaiki ojek menuju basecamp karena angkutan sayur ataupun angkutan umum sudah tidak ada lagi. Biaya ojek 20.000 namun jarak yang kita tempuh lumayan jauh, ya bagi kami ini murah meriah, karena kalo jalan kaki capek juga,hahaha.

Basecamp Palutungan

Sampailah kami di Basecamp Palutungan, langsung saja kami menuju basecamp yang bangunannya tidak terlalu luas, cukuplah untuk menampung 50 orang. Kami memutuskan untuk bermalam di basecamp dan melakukan pendakian di pagi hari. Kami melakukan pendaftaran (simaksi) dengan tarif 50.000 per orang kemudian makan malam dan kami pun tidur. Selama kami tidur, angin berhembus sepoi-sepoi disertai hujan yang membuat cuaca sangat dingin. Terpaksa kami menebalkan selimut agar tidur lebih nyenyak untuk persiapan pendakian pagi nanti. Jarum jam seakan berjalan lebih lambat, karena sudah lama sekali kami tidur jarum jam masih menunjukkan pukul 03:00 pagi.

Pukul 04:00 pagi ada 2 orang pendaki yang baru sampai, saya pun mengobrol dengan mereka dan ternyata mereka berasal dari bekasi. Kebetulan sekali kita bisa mendaki bareng, dan mereka pun memutuskan untuk bergabung dengan kami sehingga kami berjumlah 5 orang. Tak lama berselang berkumandang Adzan Subuh, kami pun menunaikan sholat subuh dan dilanjutkan dengan sarapan pagi. Setelah sarapan pagi kami bergegas melakukan packing barang untuk segera melakukan pendakian. Ketika semua sudah siap, pukul 5:30 kami melakukan perjalanan dari basecamp menuju ke Pos 1.

Basecamp - Pos 1 (Cigowong)

Secara estimasi untuk mencapai Pos 1 kita harus menempuh perjalanan selama 2,5 jam. Kami pun berjalan secara perlahan melewati rumah-rumah warga, kemudian kami melewati lahan perkebunan, ada juga kandang sapi disekitar perkebunan. Selanjutnya kita masuk ke hutan pinus yang mana hutannya sangat rimbun sekali, kicauan burung yang indah sangat memanjakan telinga. Di jalur pendakian kita akan menjumpai warung yang menjual makanan untuk kebutuhan pendaki. Kita juga bisa menaiki motor cross jika kita ingin menghemat waktu, tentunya dengan biaya yang lumayan. Kami masih menjumpai beberapa ekor monyet yang bergelantungan di pohon-pohon, monyet ini tidk mengganggu pendaki, bahkan mereka pun tidak berani mendekati para pendaki. Perlu di ingat bahwa dari basecamp  menuju Pos 1 trek pendakiannya sangat licin karena di dominasi tanah liat merah. Kami pun menikmati pendakian yang lumayan menyiksa ini, sepatu berat karena tertempel tanah liat. Selain itu hujan sesekali turun, memaksa kami harus memakai jas hujan, dan kami sempat terpleset karena permukaan yang licin. Hingga akhirnya kami sampai di Pos 1 pukul 08:15 wib, kami lebih lama 15 menit dari estimasi. Kami pun memutuskan istirahat di sebuah warung, karena hujan semakin lebat.



Pos 1 - Pos 2 (Kuta)

Setelah 20 menit beristirahat, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Pos 2. Kami menempuh waktu 30 menit untuk sampai di Pos 2, dengan trek yang semakin menanjak dan semakin licin, apalagi hujan tak kunjung reda. Sampai di Pos 2 kami hanya beristirahat untuk mengambil foto, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 3.

Pos 2 - Pos 3 (Paguyangan Badak)

Dari Pos 2 kita berjalan memutari bukit menuju ke Pos 3, cukup landai sih treknya, tapi pepohonan disekitar trek sangat rimbun, membuat suasana menjadi mencekam karena gelup akibat mendung. Kami terus melanjutkan pendakian dan beberapa menit sekali kami istirahat untuk mengatur nafas. Hujan sedang masih mengguyur trek pendakian, membuat trek semakin licin, bahkan sesekali kami terpeleset secara bergantian. Alhasil 50 menit berjalan dari Pos 2 sampai juga kita di Pos 3, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pos 4 karena sebelum Pos 3 kami sudah istirahat.

Pos 3 - Pos 4 (Arban)

Dari Pos 3 menuju ke Pos 4 trek di dominasi oleh tanjakan, di trek ini tenaga kami terkuras lumayan banyak dan memakan waktu yang banyak juga karena sering berhenti. Dengan semangat baja dan kekompakan kami, akhirnya kami sampai di Pos 4 dengan waktu tempuh 1 jam perjalanan. Kami memutuskan untuk istirahat, berhubung hujannya mulai reda, kami istirahatnya agak lama, hehe ngopi doeloe lah. Kami mengeluarkan kompor dan menyeduh kopi. Sembari mengendorkan otot-otot yang kaku, kami saling bercanda memecah kesunyian hutan. Perlu diingat saat anda istirahat di trek pendakian, usahakan kaki lurus jangan di tekuk, dan kalo bisa kaki di angkat alias di kasih tatakan biar lebih tinggi tumit daripada paha. Terapi ini jika dilakukan sangat membantu mengurangi rasa sakit pada kaki setelah pendakian, juga melancarkan alioran darah disekitar kaki, alhasil pendakian akan sukses karena fisik on fire. Sambil ngupi kita ditemani silverquen nih guys, yah gatau nyambung apa ga, yang jelas coklat adalah makanan penambah energi, jadi ya hajar ajha sih selagi ada, hahahaahahahaha.

Pos 4 - Pos 5 (Tanjakan Asoy)

Setelah lama beristirahat, kami berkemas untuk melanjutkan perjalanan. Kami akan menuju ke Pos 5, dari namanya ajha uda jelas kita akan melewati tanjakan. Dan ternyata tanjakannya emang asoy, kami sangat menikmati saat melalui tanjakan ini karena cukup ekstrim bagi kami dan sangat  menguras tenaga. Namun dengan waktu 30 menit kami sampai di Pos 5.

Pos 5 - Pos 6 (Pasanggrahan)

Istirahat sejenak, dan kami melanjutkan perjalanan menuju ke Pos 6. Trek pendakian masih sama di dominasi oleh tanjakan-tanjakan ekstrim, dengan vegetasi hutan yang masih rimbun. Terlihat pohon-pohon besar masih ada di sekitar trek pendakian, menandakan bahwa puncak masih jauh, hehe. Kami pun terus berjalan dengan semangat membara, mengingat perjuangan Pahlawan bangsa yang memerdekakan Indonesia tercinta ini. Terpeleset, terjatuh, kram, kesakitan, terkilir, kesemutan, tergores kayu, dan lain-lainnya adalah resiko yang akan dialami oleh pendaki dan pendaki harus bangkit, tunjukan pada dunia kalo pendaki itu kuat, ga cengeng, tapi tetep lembut sesama manusia, ramah, sopan santun, cinta alam, cerdas dan peduli sesama.

1 jam berjalan, kami pun sampai di Pos 6. Kami beristirahat dan melihat lagi estimasi waktu untuk menuju puncak. Estimasi waktu menuju puncak dari Pos 6 adalah 2 jam, kami pun berunding terkait dimana istirahat mendirikan tenda. Dari pertimbangan yang kita sepakati akhirnya kami bermalam di Pos 6 ini, alasanya karena jarak menuju puncak sudah dekat, tenda yang berdiri lumayan banyak sehingga banyak teman untuk bermalam, lebih safety jika bermalam disini karena di Pos selanjutnya ada ancaman hewan babi menyerang.

Bermalam di Pos 6

Kami fix bermalam disini dan mendirikan tenda bersama. Saat kami mendirikan tenda terlihat segerombolan babi hutan melintas, kalo ga salah sih 5 ekor, yang 2 ekor gede banget, kaya kambing bandot, wawww seram banget ini gunung. Tapi setelah kami mencari informasi, babi ini tidak mengganggu, asalkan saat mengolah makanan kita ga jorok, jangan sampai ada bahan makanan tercecer atau sampah berserakan, karena akan mengundang mereka untuk datang dan mengobrak abrik tempat sekitar. Karena takut di acak-acak sampah makanan pun kami gantung pakai tali rafia, biar ga ada bau sisa makanan yang mengundang babi hutan.



Tenda berdiri dan kami mulai bergantian ganti pakaian, selanjutnya kami masak untuk makan sore. Setelah semua kenyang, kami bersantai di dalam tenda dengan posisi pintu tenda terbuka, menikmati suasana yang sangat sejuk ini dengan penuh rasa syukur. Angin berhembus menerobos masuk ke dalam tenda menyejukkan hati setiap insan yang di dalamnya. Sesekali kicauan burung memanjakan telinga, di barengi suara mp3 dari tenda-tnda sebelah.

Hari pun semakin gelup tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 17:40 wib. Persiapan sholat maghrib, kami mencari batu besar untuk tayamum. Kamudian kami sholat bergantian di samping tenda dengan beralaskan karpet plastik. Ada momen yang menegangkan, saat saya sholat maghrib. Saat rakaat kedua saya di samperin sama babi hutan, yang gede lagi. Babi hutan melintas di depan karpet dan spontan mengagetkan saya, terpaksa harus membatalkan sholat dan berlari menuju dalam tenda. Kaget bukan main, jantung berdetak mau copot, saya berteriak, woyyyy ada babi............. Teman saya kaget dan berlari mengambil kayu untuk mengusir babi tersebut. Ternyata babinya juga kaget dan lari terbirit-birit.  Alhmadulillah babi hutannya kabur, dan saya bisa sholat dengan tenang meskipun teman saya menjaga saya dari belakang.

Hari semakin larut dan suhu udara semakin dingin, kami mencoba menghangatkan badan dengan rebusan wedan'k jahe. Nimatnya tiada tara, suasana sunyi sepi jauh dari hingar bingar seperti di kota metropolitan, dengan udara dingin ditemani segelas wedank jahe,,,, uhhhh nikmatnya.....  Tapi masih ada yang kurang sih, kurang ditemani pasangan. Ciyeeeeee galau nih... wwkwkwkwkwkwkwkw

Pukul 22:30 wib, kami memutuskan untuk tidur, istirahat mencharge energi, mengingat besok masih ada perjuangan menuju puncak dan turun lagi sampai basecame. Tapi tidur kami dihantui rasa khawatir akan kedatangan babi hutan, karena tepat disebelah tenda kami, adalah perlintasan babi hutan tersebut, sering terdengar bunyi khas dari babi hutan ( kalian taulah suaranya gimana ) saat melintas di sebelah tenda. Namun karena lelah, kamipun tertidur pulas, dan bangun lagi pukul 03:30 pagi. Saat saya terbangun terdengar ada babi hutan disebelah tenda, saya pun mencoba menggoyangkan tenda agar babi hutannya kabur. Kemudian saya membuka jendela dan menyalakan senter untuk mengintip keluar. Waw babi hutan kabur setelah saya sorot matanya dengan senter dan saya pun kaget juga. Gila ya, ekstrem banget nih gunung. Untung pas tidur ga di acak-acak tenda kami.

Summit Attack

Lupakan masalah babi hutan, selanjutnya kita ngopi-ngopi sebelum memulai pendakian menuju puncak. Ketika semua sudah on fire, kami memulai perjalanan tepat di pukul 04:00 pagi. Berjalan perlahan menikmati denginnya udara pagi yang sesekali kabut menghalangi pandangan kami. Turunnya kabut membuat udara semakin menggigil, kami dengan menggunakan senter hp terus berjalan menyusuri trek pendakian yang semakin menanjak dan mulai menjumpai trek bebatuan bekas aliran lava. Kami menjumpai pertigaan yaitu pertigaan Simpang Apuy, yaitu pertemuan antara Jalur Apuy dan Jalur Palutungan. Setelah 45 menit berjalan kami sampai di Pos 7 (Sangyang Ropoh). Kami beristirahat sebentar untuk minum dan mengatur nafas, kemudian kami melanjutkan perjalanan.

Pos 7 - Pos 8 (Goa Walet) - Puncak

Perjalanan menuju Pos 8 semakin menanjak dan melelahkan. Trek sudah didominasi oleh bebatuan dan tenaga semakin di porsir disini. Setelah 40 menit berjalan kami sampai di Pos 8 dan memutuskan untuk menunaikan Sholat Subuh. Setelah sholat kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Dari Pos 8 sudah terlihat pohon-pohon bunga edelweis. Dan beberapa pohon telah berbunga dengan bunga yang indah. Langkah demi langkah menapaki bebatuan yang semakin menanjak dan akhirnya 30 menit berjalan dari Pos 8 kami sampai di Puncak Ciremai.



Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Atas Ridho-Nya kami semua dapat diberikan kekuatan sehingga bisa sampai puncak dengan selamat. Kami sangat menikmati proses sunrise (matahari terbit), tapi sayang kita berada disebelah barat gunung sehingga sunrise nya tergolong terlambat. Matahari sudah agak tinggi baru terlihat,hehe. Saran saja untuk anda yang ingin menyaksikan sunrise yang indah dan melihat Puncak Slamet anda bisa naik gunung ini melalui jalur linggarjati. Karena Jalur linggarjati di sebelah timur dan sangat pas banget untuk menikmati sunrise. Kalau jalur Palutungan cocoknya untuk menikmati keindahan sunset.


Untungnya cuaca pagi ini sangat cerah, langit tampak biru, padahal kemarin dari pagi sampai sore hujan terus, kita lepek terus selama pendakian. Inilah kuasa Tuhan, tidak ada yang tahu sedetik, semenit, sejam, sehari ,setahun kemudian. Saat di puncak gunung seperti ini kita akan banyak mengucapkan syukur, karena keindahan alam yang luar biasa. Kita adalah makhluk kecil yang tidak ada apa-apanya, tidak ada yang bisa kita sombongkan.


Kembali ke pendakian, kita bergantian menghabiskan memori berfoto, membuat video, dan lain sebagainya. Momen indah ini kita abadikan sebagai kenangan dimasa yang akan datang. Capek berfoto kami bersantai dengan menyeduh kopi hitam, sambil bercanda kami menikmati hangatnya kopi ditemani makanan ringan seadanya. Matahari semakin naik, namun cahayanya tertutup oleh kabut yang perlahan berlomba-lomba memenuhi langit. Kami pun memutuskan untuk turun ke tenda agar kami bisa segera berkemas untuk turun ke basecamp dan kembali lagi ke Jakarta.